Eramuslim.com – Tidak semua kalangan Tionghoa mendukung Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Disampaikan aktivis dari Tionghoa Muda Alex Feri, kalangan Tionghoa yang dukung Ahok adalah mereka-mereka yang apatis karena tidak paham sejarah dan hukum.
“Sehingga mereka termakan gaya pencitraan Ahok yang seakan berani, bersih. Tapi kenyataannya apa yang dia (Ahok) lakukan adalah kebohongan. Jadi kalau dianggap warga Tionghoa pasti dukung Ahok, itu tidak benar,” ujar dia, saat berbincang dengan Aktual.com, di Jakarta, Kamis (28/7).
Bukan tanpa alasan Alex bersikap demikian sinis kepada kalangan Tionghoa yang dukung Ahok. Dia menyitir sikap Ahok di kasus sengketa lahan Sumber Waras antara Kartini Muljadi yang mencaplok lahan milik Perhimpunan Sosial Candra Naya yang dipimpin I Wayan Suparman.
Dalam urusan ini, Ahok justru malah memihak ke Kartini. Yakni dengan membeli lahan gunakan uang milik Pemprov DKI. Bagi Alex, sikap Ahok ini sangat ironis. Sebab diakuinya kalangan Tionghoa Muda sudah berkali coba temui Ahok dan meminta agar batalkan pembelian lahan Sumber Waras yang masih sengketa.
“Tapi dia (Ahok) dalam tiap konflik selalu ‘cuci tangan’ dan berdalih tidak mau ikut campur. Dengan menjawab ‘kalau ada sengketa bawa saja ke pengadilan’. Ini kan aneh, tidak mau ikut campur tapi malah membeli objek yang sudah jadi sengketa sejak lama,” ujar Alex.
Padahal menurut Alex, sebagai pihak pemerintah Ahok harusnya bisa menjaga jarak dan bukan malah membeli tapi lalu lepas tangan demikian. “Kita yakin kasus Sumber Waras ini ada campur tangan pemerintah. Bayangkan saja, sengketa hampir 10 tahun, tapi ketika Ahok menyatakan membeli dan bayar lunas di akhir 2014, Pak Wayan lalu dipenjara. Ini bukan hanya kebetulan,” kata dia.
Melihat kenyataan sikap Ahok yang seperti itu, Alex pun heran dengan masih adanya kalangan Tionghoa yang mendukung Ahok. “Mereka pendukung Ahok itu apatis tidak mau liat fakta hukum dan juga sejarah. Teman-teman Tionghoa harusnya juga bisa melihat sejarah Candra Naya yang sudah banyak jejak jasanya di sejarah Indonesia tapi sekarang dizolimi oleh kekuasaan dan uang,” ujar dia.
Ironisnya lagi, diakui dia, sikap serupa juga terjadi di kalangan pengurus Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI). Dimana pengurus INTI DKI yang lebih mengerti dinamika sosial sejarah duduk perkara sengketa Candra Naya lebih berani untuk kritis terhadap Ahok. Sedangkan pengurus nasional cenderung takut untuk bersikap. “Karena mereka tidak mengerti. Jadi kalaupun mendukung ya diam-diam,” kata dia.
Mengenai Tionghoa Muda sendiri, dijelaskan Alex kebanyakan isinya adalah kalangan yang banyak bergelut di profesi bukan ‘tradisional’ Tionghoa yang berdagang. “Kami isinya dari berbagai profesi seperti advokat, wartawan, politisi,” ujar Alex yang tergabung juga di #SaveCandraNaya.(ts/akt)