Ribuan demonstran menyambut kedatangan Presiden AS George W. Bush di London, Minggu (15/6). Mereka menyebut Bush sebagai "teroris" dan mengecam ide perang melawan teror yang selama ini dikampanyekan Bush.
Menurut aparat kepolisian London, sedikitnya 2.500 orang ikut serta dalam aksi protes terhadap Bush hari Minggu kemarin yang berlangsung di halaman gedung Parlemen London, sekitar 300 meter dari Downing Street tempat Bush melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown.
Aksi unjuk rasa tersebut sempat diwarnai ketegangan ketika sejumlah demonstran melempari aparat kepolisian dengan poster-poster yang mereka bawa. Para pengunjuk rasa itu berusaha menembus blokade polisi yang berjaga-jaga agar para demonstran tidak mendekat ke tempat kediaman perdana menteri di Downing Street. Akibat aksi itu, polisi menangkap 25 pengunjuk rasa.
Warga Inggris yang tumpah ruah di depan gedung Parlemen kemarin menyatakan, kritik mereka bukan hanya ditujukan pada Bush yang akan mengakhiri masa jabatannya bulan Januari mendatang, tapi juga bagi presiden baru AS yang akan menggantikan Bush.
"Ini juga sebuah peringatan bagi presiden yang akan datang, bahwa rakyat negeri ini sangat menentang perang yang ilegal dan menentang tindakan yang merusak kemerdekaan sipil, " kata Sarah Cox, 71, seorang pensiunan guru sambil mengusung patung Bush yang mengenakan topi koboi sambil memegang pistol dan misil-misil mainan.
Kepolisian Metropolitan London melakukan penjagaan ketat dengan mengerahkan 1.200 personilnya untuk mengamankan kunjungan Bush ke Inggris, meski pejabat pemerintahan Inggris Chris Allison pada para wartawan mengatakan bahwa tidak ada ancaman spesifik terkait kunjungan Bush.
Muncul berbagai spekulasi tentang apa yang dibahas PM Brown dan Presiden Bush. Kedua pemimpin ini disebut-sebut mambahas masalah Iran termasuk kondisi pasukan koalisi di Irak yang makin terpecah. Surat kabar Inggris The Observer dalam laporannya menyebutkan, kedatangan Bush ke Inggris untuk memberi peringatan pada Brown agar tidak menarik pasukannya lebih awal dari Irak. Dalam wawancara dengan surat kabar tersebut, Bush menegaskan bahwa tidak ada jadwal waktu yang pasti bagi penarikan pasukan dari Irak.
Namun, sejumlah pejabat membantah spekulasi itu. Penasehat keamanan nasional AS Stephen Hadley mengatakan tidak ada perbedaan pendapat antara AS dan Inggris dalam persoalan keberadaan pasukan koalisi di Irak. "Kedua pemimpin itu sepakat bahwa penarikan pasukan akan dilakukan jika sudah terjadi kemajuan di Irak berdasarkan masukkan dari militer kami, " kata Hadley.
Setelah berkunjung ke Inggris, Bush akan melanjutkan perjalanannya ke Irlandia Utara sebelum kembali ke AS. Perjalanan ke Eropa Bush kali ini, dipekirakan akan menjadi perjalanannya yang terakhir sebelum masa jabatannya habis bulan Januari mendatang. (ln/aljz)