Banyak pihak merasa heran mengapa aparat keamanan hanya menangkap aktivis Front Pembela Islam (FPI) berserta pimpinannya, Habib Rizieq, sedangkan anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) tidak disentuh polisi. Padahal, fakta di lapangan menunjukkan jika aksi unjuk rasa yang dilakukan AKKBB tidak memiliki izin dari kepolisian, menyalahi rute yang dilaporkan, ada yang membawa senjata api, dan sengaja memancing rusuh.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), Choirul Anam, kemarin menyatakan bahwa peristiwa Monas jangan didramatisasi dan diperluas menjadi konflik horizontal. Terkait kasus Monas, ujar Anam, kita harusnya jangan melihat satu sisi. Aksi AKKBB juga perlu dicermati.
Menurut sumber-sumber di kepolisian Polda Metro Jaya, AKKBB dalam laporannya menyatakan akan berdemo di Bundaran HI dan tidak ke Monas. Polisi juga melarang massa AKKBB untuk longmarch ke Monas karena di Monas sendiri sudah banyak acara aksi yang sama pada hari itu. Anatar lain acar peringatan Hari Pancasila yang diikuti ribuan anggota dan simpatisan PDIP dan juga aksi demo anti kenaikan BBM yang dilakukan berbagai elemen umat Islam.
Namun entah kenapa, aksi AKKBB yang membawa-bawa anak kecil dan orangtua, bahkan banyak yang merupakan pendemo bayaran (dibayar Rp25 ribu perorang), dilanjutkan dengan aksi jalan ke Monas dan sengaja menuju lokasi di mana elemen umat Islam sedang melakukan aksi unjuk rasa. Polisi sudah mencegahnya tetapi para kordinator lapangan aksi AKKBB ngotot untuk mendekat ke lokasi yang menurut polisi bisa menimbulkan insiden.
Tiba di lokasi, sejumlah massa AKKBB membentangkan poster dan spanduk yang nadanya memprovokasi elemen umat Islam. Ada spanduk besar bertuliskan “Tolak SKB Ahmadiyah!”, padahal menurut klaim AKKBB hari itu mereka ‘hanya’ memperingati Hari Lahir Pancasila. Jelas ini provokasi.
Menurut Anam, AKKBB menilai Ahmadiyah yang merupakan salah satu kelompok yang menjadi anggotanya tidak bebas menjalankan agama dan keyakinannya, maka itu SALAH BESAR. “Kasus Ahmadiyah bukan persoalan kebebasan beragama, melainkan penistaan terhadap salah satu agama, yakni Islam!” tags Anam.
"Kalau Ahmadiyah itu kasusnya penodaan agama. Mereka mengaku Islam tetapi tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabinya. Kalau maunya begitu ya jangan mengaku-ngaku sebagai Islam, " katanya sembari mengingatkan warga NU agar tidak terprovokasi pihak-pihak tertentu yang menunggangi dan memanfaatkan massa NU.
"Jangan terpancing. Ansor jangan mau diprovokasi karena kita nanti justru menjadi tontonan. Serahkan saja pada yang berwajib, " kata penasihat Gerakan Pemuda Ansor Jatim tersebut.
"Soal pembubaran FPI itu urusan pemerintah. Tapi saya ingin tegaskan bahwa Pemerintah juga harus menyelesaikan akar persoalan yang membuat organisasi semacam FPI muncul ke permukaan, " katanya. (rz)