Tersisa satu nama yang belum deklarasi yaitu Prabowo, karena hampir pasti tidak ada lagi calon dadakan.
“Yang ada mungkin nanti lebih seru adalah pasangan masing-masing. Jadi ini sudah tindakan rasional ditunjukkan PDIP,” ujar Sukri.
Hanya memang, menurut Dekan Fisip Unhas itu, pengumuman Ganjar ini akan mendorong pergerakan konstelasi politik. Semua orang atau partai melihat Ganjar ditopang PDIP. Ada teman atau tidak, PDIP tetap bisa mengajukan sendiri. Sehingga partai-partai lain akan berhitung.
“Seperti PAN, kemarin yang sudah mengisyaratkan mendukung (PDIP) meskipun masih terikat Koalisi Indonesia
Bersatu (KIB),” ungkapnya.
Namun, sikap partai-partai dalam beberapa hari ke depan patut ditunggu. Apakah ada pergerakan partai-partai politik yang mengarahkan kutub persaingan ini menjadi dua atau tiga.
Apalagi kata Sukri, setelah pengumuman, Presiden Jokowi memperlihatkan kebersamaan dengan Ganjar. Satu mobil, satu pesawat, hingga lebaran bersama.
Menurut Sukri, apa yang diperlihatkan itu juga merupakan politik simbol yang ditunjukkan Megawati. Hal ini juga menegaskan bahwa Jokowi adalah kader partai yang sangat loyal.
Meskipun beberapa hal Jokowi menunjukkan perbedaan dengan Megawati, namun tetap saja, ia dianggap kader yang cukup loyal kepada partai. Itu dibuktikan dengan hadirnya di pengumuman Ganjar. Itu artinya secara simbolik bahwa Jokowi tetap menempatkan diri dari bagian PDIP.
“Karena tidak mungkin sebagai presiden hadir dalam deklarasi capres, kecuali sebagai kader partai. Bisa juga dinilai sebagai sebuah simbol bahwa Jokowi siap memenangkan Ganjar,” jelas Sukri.
Tersisa kata Sukri, setengah bola ada di Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Pertanyaanya, apakah Prabowo akan tetap menjaga koalisi dengan PKB karena juga punya servei yang sangat bagus. Sehingga berpeluang
bisa menjadi tiga capres.
Atau Prabowo bersedia legawa menjadi cawapres, karena Jokowi sempat memberi pernyataan bahwa ia pantas menjadi wakil presiden Ganjar. Jadi bola di sebelah di tangan Prabowo.
(Fajar)
