Eramuslim.com – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku memakan semua daging-dagingan, bahkan termasuk daging babi sekalipun.
“Semua suka, dari sayur sampai daging semua suka. Mau sapi, mau babi, mau ikan, semua suka, semua enak,” kata Ahok ketika ditanya mengenai makanan kesukaannya oleh siswa disabilitas Yayasan Harapan Cita Kasih Bangsa, di Balai Kota DKI Jakarta, Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (24/5).
Ahok menerima kunjungan siswa-siswi sekolah kaum disabilitas itu dengan mengenakan seragam dinas gubernur. Ia juga menjawab satu per-satu pertanyaan yang diajukan siswa-siswi disabilitas tersebut. Salah satunya mengenai makanan kesukaan Ahok.
Selain makanan kesukaan, Ahok juga ditanya mengenai tempat makan yang biasa dikunjungi ketika tengah istirahat kerja.
“Bapak selalu makan siangnya di kantor, kita pesan makanan. Malem juga rata-rata makan dulu, bapak makannya tepat, jam 12, jam 6 malam udah makan. Kecuali ada tamu, lebih malam (makannya),” kata Ahok demikian teropongsenayan.
Ahok, penggemar daging babi ini, beberapa waktu lalu sudah berani-beraninya menafsirkan kitab suci al-Qur’an. Eramuslim memuat satu artikel tentang ini berjudul “Bersyahadat Saja Kagak, Tapi Sudah Berani Tafsirkan Qur’an (3/4). Berikut beritanya:
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mulai berkomentar tentang ayat Al Quran. Ahok mengatakan, Surat Al Maidah ayat 51 yang melarang mengambil pemimpin Yahudi dan Nasrani berlaku di Zaman Nabi dan para khalifah yang metode penentuannya dengan cara musyawarah.
Sedangkan di era demokrasi, metode penentuan pemimpin dilakukan dengan cara pemilihan umum.
“Surat Al-Maidah sebut, ‘jangan jadikan Yahudi dan Nasrani jadi pemimpinmu’,” kata Ahok (30/3).
Padahal, sepemahamannya, pada saat mempelajari agama Islam di SD dan SMP di Belitung Timur, Surat Al-Maidah mencantumkan larangan karena di zaman Nabi, khalifah atau pemimpin dipilih melalui cara musyawarah antara tokoh-tokoh masyarakat.
Saat itu, umat belum mengenal demokrasi yang kini dianggap sebagai cara paling ideal untuk menunjukkan kedaulatan rakyat dalam jalannya pemerintahan.
“Zaman Nabi, konteksnya (Surat Al-Maidah) pada saat itu belum ada pemilihan,” lanjutnya.Ayat yang dimaksud oleh Ahok adalah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al Maidah: 51)
Banyak netizen memprotes pernyataan Ahok tersebut. Sebab menurut mereka, ayat tersebut berlaku kapan saja, bukan hanya di zaman Rasulullah dan para khalifah. Dan yang membuat banyak orang mengecam keras orang ini, al-Qur’an, sebuah kitab suci yang dipelihara Allah swt kesuciannya sampai akhir hayat dengan seenaknya saja ditafsirkan Ahok tanpa ilmu dan tanpa akidah. Padahal syarat-syarat menjadi seorang Mufassir, minimal dia harus Muslim yang memiliki akidah yang lurus. Ahok tentu tidak sebutir biji dzarrah pun memiliki ini. Jadi, ketika Ahok mengatakan tafsirannya tentang ayat Qur’an, itu sama saja dengan igauan orang yang sedang mabuk. Sampah tempatnya ya di tempat sampah.
Itulah Ahok,