Pimpinan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah Ahmad Moshaddeq, mengaku tidak akan mempersalahkan keputusan pemerintah yang melarang alirannya dan siap berdakwah dengan nama yang lain. Hal itu disampaikannya saat jumpa pers, di Gedung Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya), Jakarta, Jumat (9/11).
"Gak apa-apa, tidak masalah. `What is a name`, "tegasnya dalam jumpa pers yang dihadiri oleh sejumla ulama, antara lain KH Said Aqil Siraj, KH Agus Miftach, H. Amidhan, dan H. Nazri Adlani serta pakar ilmu komunikasi Bachtiar Ali.
Menurutnya, dakwah tidak tergantung dengan satu nama tertentu, karena yang terpenting tetap berdakwah. Oleh karena itu, tidak akan melakukan protes atas upaya hukum pelarangan terhadap keberadaan Al-Qiyadah.
"Itu kan sudah kewajiban pemerintah untuk mengendalikan sesuatu, umat Islam tidak perlu merek-merekan, "ujarnya.
Ia juga mengajak umat Islam untuk tidak melihat nama kelompok dalam menyampaikan dakwah.
Sedangkan, Salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Said Agil mengajak Moshaddeq untuk bergabung dengan organisasi Islam terbesar di dunia itu.
Pada acara itu, Moshaddeq juga menyatakan, tidak akan lagi menyebarkan apa yang telah disampaikannya selama ini yang mengundang protes dari kalangan umat Islam. Pemimpin aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah, menyatakan dirinya tobat dan akan kembali menjalankan ajaran agama Islam, serta tidak akan lagi menyebarkan ajaran yang pernah disampaikan kepada pengikutnya.
Bahkan, Ia beberapa kali mengucapkan syahadat yang sama dengan ajarat Islam. Ia juga menyatakan, beriman sebagaimana ajaran Islam dan menjalankan rukun iman sebagaimana yang dijalankan umat Islam pada umumnya. "Saya menarik seluruh pernyataan saya tentang Nabi dan Rasul, "ungkapnya.
Langkah itu diambilnya, setelah berdialog selama dua hari dengan para ulama di lingkungan Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya). Di mana, dalam dua hari ini Said Agil Siraj, Bachtiar Ali, Agus Miftah dan H. Amidhan telah memberinya pencerahan. Sehingga, selanjutnya Ia menyatakan bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, dan hanya sebagai penyampai risalah yang dalam bahasa populer disebut da`i atau mubaligh.
Moshaddeq juga menyatakan keimanannya akan Islam dan taat pada rukun Iman. Ia juga menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir, dan hal itu sudah menjadi keyakinan para ulama dan umat Islam. Ia pun, membantah anggapan masyarakat bahwa dia menghapus sholat, puasa maupun ajaran agama Islam yang lain.
Pada kesempatan itu, Said Agil sempat menanyakan langsung kepada Moshaddeq soal rukun Iman dan rukun Islam. Moshadeqq tidak saja mampu menjawab secara urut tapi juga memberikan penjelasan seperti seseorang yang sedang berdakwah. Bahkan karena keterangannya terlalu panjang Said minta agar diperpendek. (novel)