Partai Golkar menghargai sikap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang untuk mempertimbangkan keputusan untuk mencabut dukungan terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) apabila Partai Golkar bergabung dalam koalisi tersebut.
Sebelumnya, ramai dalam pemberitaan, PKS mengancam akan keluar dari koalisi mendukung SBY jika kembali menerima JK. Namun tak berapa lama, PKS meninjau ulang pernyataanya tersebut. Sikap yang itu dinilai oleh Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono sebagai suatu kearifan.
"Kalau begitu baguslah. Kita menghargai pendapat itu. Itu adalah satu sikap kenegarawanan, dan PKS menunjukkan suatu kearifan," katanya kepada pers, di Gedung DPRRI, Jakarta, Rabu (15/4).
Menurut Agung, memang sikap itu diperlukan, mengingat kepentingan masyarakat lebih utama dibanding kepentingan partai. Ancaman atau bentuk penarikan diri PKS itu, tambahnya, sesuatu yang tidak perlu, karena yang terpenting saat ini bagaimana menciptakan sesuatu yang lebih baik.
"Selama inikan sudah terjalin chemistry yang baik antara Partai Golkar dengan Partai Demokrat, dan termasuk PKS didalamnya," jelasnya.
Isu penarikan dukungan itu berkembang sejak Sekjen PKS Anis Matta mengancam PKS tidak kembali ke SBY jika JK jadi cawapres. Kemudian, justru Wakil Ketua FPKS Zulkieflimansyah menyatakan hal sebaliknya. Sementara Presiden PKS Tifatul Sembiring menyatakan PKS belum menentukan akan berkoalisi dengan siapa. Sikap resmi PKS rencananya akan ditentukan dalam Musyawarah Majelis Syuro PKS pada 25-26 April di Jakarta.
Sementara itu, PKS sendiri hingga kini belum mengeluarkan sikap resmi partai terkait dengan rencana koalisi maupun kontrak politik dengan partai politik tertentu. Seperti diketahui, pada Pemilu 2004 lalu PKS secara resmi melakukan kontrak politik dengan Susilo Bambang Yudhoyono yang saat menjadi mencalonkan diri sebagai presiden. Sungguh sangat membingungkan sikap politik PKS. (nov)