Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Adian Husaini mengaku merasa sedih, apabila ada yang mencoba menyeret Buya Hamka kepada pluralisme agama. Upaya ini telah dilakukan oleh beberapa orang dalam kelompok yang mengagungkan paham pluralisme, yang secara umum menganggap semua agama agama adalah sama-sama sah menuju Tuhan yang satu.
"Saya tidak ridho kalau Buya Hamka diseperti itu kan, dengan dalih karena ada tafsir Hamka yang bersifat pluralis, seharusnya anak-anak beliau bisa mengkritisi ini, " ujarnya dalam acara rangkaian peringatan seabad Buya Hamka, di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta.
Menurutnya, diseretnya Hamka ke kutub pluralisme itu salah satunya terlihat pada artikel yang berjudul "Islam dan Pluralisme di Indonesia: Pandangan Sejarah", yang ditulis oleh Ayang Utriza NWAY. Sebagaimana kebanyakan penganut paham ini, penulis juga menggunakan QS Al-Baqarah ayat 62 sebagai rujukan pendapatnya.
"Celakanya dia mengutip pendapat Buya Hamka dalam tafsir al-Azhar secara serampangan, lalu membuat kesimpulan yang menyesatkan, yang intinya menganggap semua agama benar, " kata Adian.
Jika penulis itu jujur membaca penafsiran Hamka, lanjutnya, pastilah tidak akan membuat kesimpulan seperti itu, sebab Hamka sangat menekankan makna ‘iman sejati’ adalah beriman kepada Allah, hari kiamat, dan beramal sholeh untuk mendapat jaminana di akhirat.
Adian Husaini menyatakan, gembira karena banyak orang yang menulis tentang Hamka, namun dirinya berharap penulis itu jujur, dan cermat dalam menuliskan pemikiran dan kiprah perjuangan Buya Hamka yang sangat jauh berbeda dengan kaum pluralis agama yang menyatakan bahawa kaum Yahudi, Kristen dan sebagainya adalah saudara seiman mereka.
Karena, tambahnya, Buya Hamka merupakan ulama yang memegang prinsip, salah satunya menegaskan fatwa haram mengucapkan selamat Natal, dan mengikuti perayaannya. Meski demikian, Ulama kelahiran Sungai Batang, Sumatera Barat, berupaya menjaga hubungan baik dengan siapapun.
Ternyata, sosok Buya Hamka tidak hanya menjadi teladan bagi umat Islam Indonesia, Tokoh Malaysia Anwar Ibrahim mengaku kenal dekat dengan Buya Hamka, karena keduanyasempat pergi bersama ke Iran, sebelum revolusi berlangsung.
Di mata Anwar, Hamka merupakan figur ulama yang lengkap, selain ulama beliau adalah seorang novelis yang menghasilkan karya berkesan yakni Di bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggalamnya Kapal van Der Wijk. Selain itu, Hamka juga ulama Indonesia yang toleran dan inklusif
"Ulama saat ini tidak ramai mengajurkan kita untuk membaca novel, dan tidak mencari media dakwah alternatif, " ujarnya dalam Pembukaan Seminar Nasional Peringatan 100 tahun Buya Hamka, di Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Selasa (8/4). (novel)