Ada Konspirasi Dibalik Kemenangan Ahmad Syafi’i Ma’arif di IBF?

Ada panorama berbeda pada pergelaran Islamic Book Fair (IBF) ke 10 tahun ini. Jika pada event-event sebelumnya, buku bernuansa kritik terhadap Pluralisme dan Liberalisme yang keluar sebagai pemenang, kini buku yang mengusung Pluralisme Agama berjudul “Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan” karya Ahmad Syafii Maarif, memenangkan tropi Buku Islam Terbaik Kategori Nonfiksi Dewasa.

Terlepas dari kontroversi Pluralisme itu, Abdul Hakim, selaku perwakilan dari Penerbit Gema Insani Press yang menjagokan buku Kritik Terhadap Studi Qur’an kaum Liberal karya penulis muda Fahmi Salim, juga menilai buku Ahmad Syafi’i Ma’arif dipertanyakan keilmiahannya.

“Dari sistematika buku itu sepertinya dipaksakan, di bab-bab itu harusnya saling terkait. Kemudian di buku Indonesia Dalam Bingkai Kebhinekaan ini ada bab tertentu hanya berisi judul besar tersendiri bukan sub judul.” Ujarnya ketika dihubungi eramuslim.com, kamis malam, 10/3.

Sedangkan seorang pemerhati yang gigih melawan isu pluralism agama, mengutarakan kekecewaannya kepada eramuslim.com rabu pagi, 9/3.

“Kok bisa, acara buku Islam, yang menang orang liberal. Harusnya panitia melihat substansi diadakannya acara ini.”

Tidak hanya menjuarai kategori buku terbaik, Guru Besar Univeritas Negeri Yogyakarta tersebut juga didaulat sebagai Tokoh Perbukuan Islam 2011.

Beberapa kalangan menduga keluarnya nama Syafi’i Ma’arif tidak pas mengingat Islamic Book Fair adalah pargelaran buku Islami dengan karya-karya yang memiliki framework Islam. Sedangkan, Ahmad Syafi’i Ma’arif lebih dikenal sebagai akademisi yang ucapannya sering berbenturan terhadap ajaran Islam.

Selain itu uniknya, kini award di IBF tidak mengenal kategori juara dua, namun hanya mengakomodir juara terbaik, sedangkan peringkat di bawahnya disebut dengan nominasi.(pz)