Abu Bakar Ba’asyir, menghadapi putusan majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada hari ini. Ia dituntut hukuman seumur hidup oleh jaksa. Tudingannya, menggalang dana untuk aksi terorisme. Berikut ini petikannya.
Bagaimana kesehatan Anda?
Alhamdulillah, saya diberi kesehatan. Tapi, memang karena umur, ya, ada saja kelemahannya. Tapi, secara umum baik. Alhamdulillah, kaki juga normal. Saya sudah bisa salat pakai (duduk di atas) kursi.
Anda sering minum jus?
Jus wortel. Untuk kesehatan. Ada yang membuatkan untuk saya.
Apa aktivitas keseharian Anda di tahanan?
Tergantung. Di tahanan, kan, waktunya longgar. Ya, kalau ada waktu, saya menulis. Kalau letih, saya istirahat. Selain itu, saya juga menonton televisi dan menghafal ayat-ayat Al-Quran, untuk latihan ingatan juga.
Satu tulisan berapa hari prosesnya?
Kalau (tema) tauhid begini (Ba’asyir memperlihatkan tulisan tangannya dalam beberapa lembar kertas folio), mungkin perlu waktu sebulan. Tulisan ini paling nanti jadi 20-an halaman. Saya menulis, nanti ada yang mengetikkan.
Kondisi kamar tahanan bagaimana?
Kamar saya baik dan ada lampu. Lebih baik dari yang lain. Cukup luas. Ya, mungkin karena saya dianggap teroris berat. (tertawa)
Dakwah juga di tahanan?
Di tahanan Bareskrim enggak bisa. Enggak boleh. Ada mubalig dari luar. Saya pernah memberi pengajian di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, tapi diprotes Australia. Kasihan, yang kena malah ketua lapasnya.
Menjadi imam salat juga?
Tidak. Hafalan saya sudah tidak begitu fasih. Jadi, biasanya, saya serahkan ke anak yang lebih muda.
Perasaan Anda menjelang vonis?
Bagi saya, (pengadilan) ini bukan masalah. Saya, kan, diadili karena memperjuangkan Islam dan ingin tauhid diterapkan dengan benar. Kalau hidup di negara yang tidak diatur dengan Islam, batal tauhidnya.
Apa harapan Anda untuk vonis besok (hari ini)?
Sebagai orang Islam, saya merasa tidak salah. Saya tidak bisa menerima keputusan persidangan. Saya sampai sekarang masih berpendapat jaksa dan hakim di bawah komando. Enggak ada jaksa dan hakim yang enggak di bawah komando. Komandonya Amerika. Amerika menilai saya tokoh Al-Qaidah yang harus dilenyapkan. Padahal ndak bener itu. Saya baru mempelajari Al-Qaidah setelah dituduh (sebagai) anggota dan ternyata memang benar ajarannya.
Jadi, pernah terlibat di Al-Qaidah?
Saya, kan, dituduh ikut Al-Qaidah, padahal enggak.
SMS teror akhir-akhir ini benar dari pendukung Anda?
Saya sendiri enggak paham. Kalau ada yang mengatakan akan ada bom, itu justru dari Densus. Kan aneh, masak mau mengebom tapi memberi tahu lebih dulu.
Adakah tokoh yang bertemu Anda akhir-akhir ini?
Saya menyadari, enggak ada yang berani memperjuangkan. Tokoh-tokoh Islam hanya satu-dua yang empati, seperti Habib Rizieq dan Munarman. Saya berjuang karena, menurut saya, ada yang perlu diubah dari negara ini, yaitu sistemnya.
Anda tidak suka Amerika, tapi pakai sandal merek Amerika?
Itu sandal buatan Indonesia, kok, cuma memang dibuat mirip produk Amerika. Kalau masalah dunia, enggak apa-apa kompromi. Orang yang ditahan di seberang kamar saya itu Nasrani, saya tetap tolong-menolong dengan dia.
Anda setuju NII?
Saya pernah ingatkan. “Kamu (Panji Gumilang, pimpinan NII Komandemen Wilayah IX) itu bagaimana? Kan, sudah ada negara. Jangan bikin negara Islam. Negara Islam itu sudah kalah.” Saya dulu pernah ditawari bergabung. Tapi saya bilang, saya mau, asal bentuknya tidak NII. Bikin sajalah jamaah, seperti JAT. NII ini penyelewengan karena tujuannya malah cari duit.
Presiden Yudhoyono Anda sebut thoghut, Megawati juga?
Iya. Tapi kalau Yudhoyono itu sampai mengakui Amerika adalah negara keduanya. SBY sekarang ini benar-benar melaksanakan perintah Amerika.
Ada pejabat yang bukan thoghut?
Semua thoghut. Selama negara ini bukan Islam, ya, thoghut.
Partai Islam juga?
Thoghut semua, kecuali dia berjuang untuk merombak sistem. Silakan ada partai, tapi jangan pakai demokrasi.
Pernah ditawari masuk partai?
Pernah. Oleh siapa itu… (terdiam sejenak) Hidayat Nur Wahid (mantan Presiden PKS), yang pernah menjadi Ketua MPR. Saya bilang enggak bisa.
Bisa digambarkan masa kecil Anda?
Saya hidup di masyarakat yang rusak. Sekolah saya, kan, negeri, dari SD, SMP, hingga SMA. Dulunya, ya, Pancasilais he-he-he…. Saya SMA enggak selesai. Setelah itu, kerja, bantu kakak saya setahun, lalu masuk pondok. Dari situ saya mengerti agama.
Anda kenal kelompok kecil yang melakukan teror bom akhir-akhir ini?
Saya kurang tahu, tapi dugaan saya itu perbuatan Densus sendiri. Karena, kalau teroris enggak ada di Indonesia, enggak ada dolar masuk. Jadi, saya ini dijual, sebenarnya. Harga saya mahal. (tertawa)
Anda kenal M. Syarif (pengebom bunuh diri di Cirebon)?
M. Syarif mungkin anggota JAT, tapi saya enggak kenal. Saya tahu niatnya Syarif mati syahid. Ya, semoga diterima, tapi caranya keliru. Mudah-mudahan diampuni Allah. (mh/tempo)