7 Cara Belajar Islam pada Zaman Now, Internet Cuma sebagai Pendukung

3. Belajar dari dasar.

Belajar yang runut akan memudahkan kamu dalam memahami agama secara utuh. Dengan belajar dari dasar, diibaratkan belajar mulai dari akar, batang tubuh, dahan hingga buahnya. Belajar secara acak melalui internet misalnya, bisa jadi membuat kamu bingung, salah paham dan tidak bahagia. Bahkan tak jarang mudah men-judge dan menyalahkan orang lain.

4. Belajar secara kaaffah.

Untuk belajar agama, kamu perlu mengenal tiga rukun agama, yakni Islam, Iman, dan Ihsan. Dari Islam ini lahir fiqih, dari Iman muncul ushuluddin (aqidah) dan dari Ihsan hadir tasawuf. Dalam fiqih berpegang pada salah satu empat Imam mazhab. Dalam aqidah mengikuti Abul Hasan Al Asy’ari dan Abu Manshur Al Maturidi. Dalam tasawuf mengikuti Imam Ghazali dan Imam Junaid Al Baghdadi yang mengintegrasikan antara tasawuf dan syariat.

5. Memiliki komitmen spiritual.

Komitmen spiritual ini untuk membantu kamu istiqamah dan mendapat bimbingan secara lahir batin. Komitmen ini sebagai bukti bahwa kamu benar-benar ingin beragama secara utuh luar dalam. Dalam dunia tasawuf, istilah ini lazim dikenal dengan baiat atau talqin dzikir. Namun sebelumnya kamu mohon kepada Allah agar diberikan petunjuk dipilihkan guru Mursyid (pembimbing ruhani). Dengan bertarekat kamu lebih mudah mengamalkan agama secara benar, tepat dan nyaman di hati. Dengan bertarekat insyallah kamu akan selamat dari fitnah akhir zaman.

6. Istiqamah

Belajar agama mesti istiqamah, juga dalam pengamalan. Istiqamah bukan hanya memiliki makna konsisten dan lurus, tetapi juga moderat (washatiyah). Karakteristik ajaran Islam sendiri adalah moderat. Umat Islam sendiri disebutkan di dalam Alquran sebagai ummatan washaatan (umat moderat). Itu sebabnya mayoritas Muslim Indonesia memahami Islam secara moderat (jalan tengah atau adil). Karena juga sesuai dengan dinamika sosial, budaya, dan keragaman masyarakat Indonesia.

7. Belajar di Internet sebagai pendukung.

Jangan jadikan konten keislaman di internet atau platform media sosial sebagai rujukan utama. Tapi jadikan ia sebagai pendukung saja.

Kamu juga bisa mengikuti ulama yang memang sudah dikenal baik memiliki kepakaran dalam keilmuan Islam. Kamu juga bisa mengikuti ustadz-ustadz yang berafiliasi dengan ormas Islam moderat terbesar di Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah. (Okz)