600 Akademisi Ikuti Pertemuan Tahunan Kajian Islam ke-6

Para sarjana, peneliti, dan pengkaji Islam akan mempresentasikan berbagai hasil penelitian dan kajian terbarunya dalam pertemuan tahunan (Annual Conference) kajian Islam ke-6 yang akan diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat mulai 26-30 November 2006. Kegiatan ini rencananya akan dibuka oleh Menteri Agama RI M. Maftuh Basyuni ini, akan diikuti sekitar 600 orang peserta yang berasal Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) negeri dan swasta, untuk membahas dan menampilkan hasil penelitiannya dengan tema utama "Relasi Kajian Islam dan Sains dalam Merespon Tantangan Lokal dan Global."

Direktur Pendidikan Tinggi Agama Islam Prof. Dr. Abdurrahman Mas’ud menyatakan, penyelenggaraan Annual Conference kajian Islam ini, dalam rangka meningkatkan kembali semangat untuk melakukan penelitian dan menulis dikalangan akademisi perguruan tinggi Islam.

"Pada umumnya penelitian mengenai kajian Islam cenderung dipaksakan, itu perlu dirubah, sehingga banyak tulisan yang ada tidak disertai dengan penelitian yang serius juga," tukasnya dalam jumpa pers, di Kantor Departemen Agama, Jakarta, Kamis (23/11)

Ia menjelaskan, Annual Conference 2006 ini merupakan yang keenam kalinya dilaksanakan, sebelumnya pada tahun 2001 di Semarang, Jawa Tengah, tahun 2002 di Padang Sumatera Barat, tahun 2003 di Yogyakarta, tahun 2004 di Banda Aceh, dan tahun 2005 di Makassar. Dan setiap tahunnya mengusung tema yang berbeda pula, seperti pertemuan di Padang, para peneliti membawakan hasil kajian Hukum dan Syariah, dan topik yang sama juga dibawa pada pertemuan di Banda Aceh tahun 2004, sedangkan pada tahun 2005 pertemuan ini membahas tema Hubungan Islam dengan Barat.

Lebih lanjut Mas’ud mengatakan, saat ini sudah lebih dari 209 makalah yang masuk, tetapi yang akan dibahas bersama kalangan akademisi perguruan tinggi Islam hanya berjumlah 100 makalah, dan nantinya juga akan diberikan penghargaan karya tulisan terbaik tahun 2006.

Ia berharap dengan pertemuan ini para ahli dan peneliti kajian keIslaman dari kalangan perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan lembaga swadaya masyarakat, bisa memiliki persepsi yang berkembang dan lebih mampu menguasai sains, sosial, dan ilmu-ilmu kemanusian, meskipun dasarnya adalah keIslaman dan setelah pertemuan itu akan ada rekomendasi konkrit mengenai tema yang menjadi pembahasan, berupa referensi yang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pendidikan agama Islam di perguruan tinggi.(novel)