Lima ratus orang petani asal dari Cirebon, Karawang, Pandeglang, Garut dan Ciamis, yang tergabung dalam Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) berunjuk rasa didepan Gedung DPRRI, Senayan, Jakarta, Selasa (19/9). Mereka menyampaikan penolakannya terhadap kebijakan impor beras yang rencananya akan dilakukan bulan Oktober mendatang.
Sekjen FSPI Henry Saragih menegaskan, tidak seharusnya pemerintah membuka kran impor beras tahun ini, sebab berdasarkan data statistik, produksi pertanian petani di Indonesia tahun ini meningkat 1 persen akibat adanya perluasan lahan pertanian.
"Kami menuntut impor beras distop secara permanen, karena meski jumlahnya hanya 210 ribu ton itu sangat mengganggu pasar beras dalam negeri," tegasnya disela-sela aksi.
Ia bersama dengan FSPI akan bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk menghalangi masuknya beras-beras impor di beberapa pelabuhan besar di Indonesia, jika pemerintah tetap melanjutkan kebijakan impor beras.
Selain menyampaikan sikap penolakan impor beras, FSPI juga mendesak pemerintah segera melakukan reformasi dibidang agraria, sehingga petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya dan krisis ekonomi yang dialami dapat diatasi.
Dalam aksi tersebut selain membawa poster dan spanduk yang bertuliskan Stop Impor Beras, Tolak Impor Beras Tegakan Kedaulatan Pangan, di antara mereka ada yang mengenakan topi caping. Aksi berlangsung tertib, hanya puluhan petugas kepolisian berjaga-jaga didepan pagar gedung DPRRI, aksi juga tidak menyebabkan kemacetan lalu lintas. Hingga berita ini diturunkan belum terlihat perwakilan peserta aksi yang bertemu dengan pimpinan ataupun anggota Komisi IV DPRRI. (novel)