Kepala Sub Direktorat Gizi Makro Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Dr. Minarto, MPS menyatakan, angka kejadian (prevalensi) gizi kurang yang terjadi di 53 kabupaten/kota di Indonesia masih di atas 40 persen dari populasi balita.
"Data rincinya saya tidak hafal, tapi yang jelas hampir merata di semua provinsi kecuali DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali. Yang paling banyak di Papua dan Kalimantan, " ujar Minarto di Jakarta, Kamis (15/2).
Ditambahkannya, hal serupa juga terjadi pada populasi balita di 116 kabupaten/kota di Tanah Air. Menurut Dr. Minarto, pemerintah telah melakukan penanggulangan masalah gizi buruk, tapi kurang ada perubahan siginifikan.
"Kalau kita lihat, data kasus gizi buruk dan gizi kurang tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun, " tuturnya.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) juga menunjukkan, kesehatan masyarakat Indonesia terendah di Asean dan peringkat ke-142 dari 170 negara.
Data WHO itu menyebutkan angka kejadian gizi buruk dan kurang yang pada balita pada 2002 masing-masing meningkat menjadi 8, 3 persen dan 27, 5 persen serta pada 2005 naik lagi menjadi masing-masing 8, 8 persen dan 28 persen.
Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan. Alasannya, selain berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak, kekurangan gizi juga termasuk salah satu penyebab utama kematian balita. Data WHO tahun 2002 menunjukkan 60 persen kematian bayi dan balita terkait dengan kasus gizi kurang. (dina)