4 Tahun Berkuasa, Rakyat Tagih Janji Pemerintah Stop Impor

Kata-kata boleh manis tapi kenyataanya pahit. Tahun 2018 ini, Jokowi-JK sudah memasuki tahun keempat kekuasaannya. Faktanya impor pangan makin merajalela. Bukan hanya beras, daging sapi/kerbau, gula, bahkan garam juga mesti didatangkan dari luar negeri. Padahal negeri ini memiliki tanah subur, lautan yang menghasilkan garam juga sangat luas. Kenapa masih impor?

Dan polemik terbaru adalah keputusan pemerintah mengimpor 500 ribu ton beras. Alasannya, untuk menekan harga beras yang masih tinggi diduga karena stok beras di beberapa daerah belum mencukupi kebutuhan masyarakat.

Alasan itu ramai-ramai dibantai oleh kepala daerah yang menolak impor sekaligus menginformasikan bahwa daerahnya masih surplus beras. Para kepala daerah menilai bahwa keputusan yang dibuatnya akan merugikan petani. Apalagi, Indonesia akan memasuki masa panen di bulan Februari-Maret. Selain itu, penolakan tersebut juga bertujuan untuk melindungi petani daerah agar tidak merugi.

Harga pangan yang sering bergejolak mengindikasikan adanya masalah besar dalam ketahanan pangan nasional.
Bagaimana mungkin pemerintah bisa mewujudkan janjinya untuk menyejahterakan rakyat dan meningkatkan harga diri bangsa di mata dunia melalui berbagai prestasi kelas dunia, jika soal pangan yang nota bene urusan perut saja tak mampu mengatasinya.

Dalam teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow, pangan hanyalah kebutuhan dasar (basic need) manusia. Jika kebutuhan paling dasar saja tak terpenuhi, tentu sulit untuk menaikkan level ke kebutuhan berikutnya.

Buntutnya, rakyat pun bertanya,”Apa saja sih kerja pemerintah. Apa kerja Presiden yang terus blusukan ke berbagai pelosok daerah. Benar-benar kerja atau hanya pencitraan saja?” Silakan menilainya. (maida)

Silahkan subscribe eramuslim official channel di youtube…

Sejarah terus saja berulang…

Klik link dibawah ini:

https://www.youtube.com/channel/UCes9taUDLMYdjri8mZFor_w