Sejak masuk ke Gaza pada hari Selasa (27/1), hingga memasuki hari ke-19 pada hari Minggu(15/2) ini Tim 2 MER-C untuk Palestina tetap bertahan di Gaza. Walaupun pada awal Februari 2009 lalu sempat ada himbauan dari Kemenlu Mesir melalui KBRI Kairo bahwa semua relawan harus keluar dari Gaza sebelum tanggal 5 Februari 2009, namun relawan Tim 2 MER-C untuk Palestina memuutuskan untuk tetap bertahan di Gaza.
Hal ini dilakukan karena khawatir apabila Tim keluar dari Gaza, maka akan sulit untuk dapat masuk kembali ke Gaza. Padahal Tim baru sepekan berada di Gaza dan masih banyak agenda yang harus dilakukan terutama terkait dengan rencana pembangunan Rumah Sakit Permanen.
Jumlah relawan yang masih bertahan di Gaza sebanyak 4 orang, yaitu dr. Arief Rachman, dr. Dany Kurniadi Ramdhan, Abdillah Onim dan Bambang. Sedangkan 2 relawan, yaitu dr. Abdul Mughni, Sp.B. dan dr. Nur Farhanah, Sp.PD telah keluar dari Gaza pada hari Rabu (4/2) dan pada hari Rabu (11/2) kedua relawan dokter tersebut telah tiba kembali di Jakarta setelah menunaikan tugas selama sepekan di RS Asy Syifa Gaza.
Keputusan untuk bertahan di Gaza bagi 4 relawan tersebut juga dilakukan demi efektifitas kerja dan efisiensi dana, sehingga sejak awal MER-C merencanakan lama misi kemanusiaan bagi Tim ke-2 nya ke wilayah agresi Israel ini adalah 2 bulan. Relawan-relawan yang dikirimkan juga sudah siap untuk bertugas selama 2 bulan dengan tugas apapun disamping menjalankan profesi mereka sebagai dokter. Hal ini juga mengingat amanah dana dari masyarakat Indonesia yang masih terus mengalir sampai hari ini.
“Disamping bertugas sebagai Tim Medis, kami juga mempunyai tugas utama lainnya yaitu menindaklanjuti rencana Pembangunan Rumah Sakit Permanen di Gaza dengan Kementrian Kesehatan Palestina di sini,” demikian penjelasan dr. Arief Rachman yang dipercaya sebagai Ketua Tim 2 MER-C untuk Palestina. “Sementara ini kami sudah mendapat penawaran 2 lokasi tanah yang akan diwaqafkan untuk Rumah Sakit yaitu tanah dengan luas 2,7 Ha dan tanah dengan luas 2.000 meter persegi,” tambah relawan dokter lulusan UGM Yogyakarta ini.
Pada hari Jumat-Sabtu (6-7/2), tim telah melakukan survey lokasi ke Jabaliya. Jabaliya sendiri tak ubahnya benteng pertahanan lapis pertama bagi Gaza. Sebelum mencapai Gaza City, tentara Israel harus bisa menaklukkan Jabaliya. Tak heran dalam agresi kemarin, mayoritas korban berasal dari Jabaliya. Dengan populasi 300.000 penduduk, pemukiman di Jabaliya merupakan daerah terpadat di Jalur Gaza.
Selain itu, tim juga mengunjungi salah satu Yayasan Sosial yaitu Islamic Society, kamp-kamp pengungsian dan sejumlah Rumah Sakit guna memetakan tingkat kebutuhan dan fasilitas kesehatan yang ada di Gaza City.
Koordinasi dengan sejumlah pejabat terkait di Kementrian Kesehatan juga terus dilakukan, seperti dengan Dr. Muneer (Dirjen Farmasi), Dr. Yousef Modalal (Dirjen Tata Usaha), Dr. Muhammad Syakif (Dirjen Rumah Sakit – bidang yang membawahi seluruh RS di Gaza) dan dr. Ashraf Ismail (Departemen Kerjasama Internasional – bidang yang mengkoordinasi bantuan dari asing.