Sekitar 153 negara dan tokoh serta ulama dunia akan menghadiri International Conference of Islamic Scholar (ICIS) II yang diselenggarakan PBNU selama tiga hari mulai tanggal 20 – 23 Juni 2006.
Acara ini akan dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 20 Juni mendatang, bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Sebelumnya, pada 19 Juni, ICIS akan melakukan silaturrahmi dan jamuan makan malam bersama Wapres Jusuf Kalla.
Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi dan Ketua PBNU Rozi Munir pada wartawan di Gedung PBNU Jl. Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Senin (12/6) mengatakan, Tema yang diangkat dalam pertemuan ini adalah “Islam Rahmatan lil-alamin to Wards Global Justice and Peace, Global Paradox in the Era of Globalitation, Phenomena on Market Distribution Wealth in The Developing Country, Implementation of Shariah for Muslim Minorities in Non Muslim Countries, The Need of Spirituality in the Modern Era, The Role Of Islamic Development Central Bank, Zakat.
Sejumlah tokoh-tokoh yang siap menghadiri ICIS II PBNU ini antara lain Smate Mahfoud (Al-Jazair), Ameer Ali, Julia Howell, Salim Alwan, Muhammad Bashir Mehio (Australia), AKM Azharul Islam, Shahjahan Mian Tapan (Banglades), Husein Kavazovic, Ahmed Alibasic (Bosnia), Serbini bin Haji Matahir (Brunei), Sos Moesine (Kamboja), Gamal Soelaiman, Shakir Shaikh (Kanada), Oemar Hasyim, A. Gamaluddin Ahmad Abdurrahman (Mesir), Taha Mabaning Basman (Pilipina).
Joachim Muller (German), Akhtarul Wasey (India), Hassan Tabroyani, Muhammad Ali Taskhiri (Iran), Saefuddin A. Nimir (Sudan), Mitsuo Nakamura (Jepang), Johan H. Moeleman (Belanda), Muhammad Khalid Mas’ud (Pakistan), Mohmmad Al-Jarf (Saudi Arabia), Tariq Ramadhan (Spanyol), Abdullah Ahmad Badawi (Malaysia), Moh. Ahmad Syarief (Libia), Norizah Supar (Maroko), Rehanna Ali (New Zealand), Keith Tan, Adeline Yeo, Yap Jo Lin, Alexius Chua (Singapura).
Anwar Samad Aziz Lall Muhammad (Suriname), Mason C. Hoadly (Swedia), Sholahuddin kaftaro (Syria), Sawannee Jit Mud, Jaran Malolin (Thailand), Arief Abdullah Sargan (Timor Leste), Ahmad Oktar Babuna (Turky), Maqsood Ahmad, Ahmad Versi, Muhammad Masood Alam Khan (Inggris), Seyeikh Ahmad Tamim (Ukraina), Syeikh Hamzah Yusuf, Mark Wood Ward, Hisyam Muhammad Kabbani (Amerika Serikat), Vatikan, dan beberapa tokoh lain dari China, Bahrain, Tunisia, Uganda, dan lain-lain.
Jembatani Konflik Timur-Barat
Hasyim Muzadi menjelaskan, keanggotaan ICIS bukan dalam ikatan kerjasama antar negara, tetapi kerjasama antar ulama dan cendikiawan dari berbagai negara yang mempunyai mazhab yang berbeda, namun mempunyai kesamaan berfikir secara natural, ilmiah, dan sesuai dengan amaliyah, tidak memandang agama sebagai konflik, tetapi sebuah kekuatan kemanusiaan.
"ICIS berbeda dengan organisasi internasional lainnya, seperti yang ada di Timur Tengah, yang berjalan karena ada persamaan mazhab, dan keterikatan kebangsaan," ujarnya.
Berbeda dengan ICIS pertama tahun 2004, pertemuan kedua ini bertujuan untuk melakukan tindakan konkrit dalam upaya menjembatani konflik internasional antara Timur dengan Barat. Dalam pelaksanaannya, ICIS akan berjalan secara mandiri tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun termasuk dari segi penggalangan dana.
"ICIS tidak akan meminta dana dari Barat maupun dari Timur untuk menetralkan kerja, sehingga tidak dipengaruhi oleh pihak manapun," tegasnya. (dina/nofell)