30 Tuna Netra Ikuti Diklat Baca Al-Quran Braille

Tiga puluh tuna netra dari lima Wilayah DKI Jakarta, dimotori oleh Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI), selama satu pekan mulai dari tanggal 9-15 Oktober 2006 mengikuti Pendidikan dan Latihan Membaca Al-Quran dengan huruf Arab Braille.

Ketua Panitia Diklat, Ponco Subagyo mengatakan pelaksanaan diklat ini bertujuan untuk memberantas buta huruf Arab Braille, membudayakan kembali baca Al-Quran, meningkatkan pemahaman terhadap Al-Quran, serta memupuk ketaqwaan kepada Allah swt.

"Al-Quran menjadi bacaan penting bagi para tuna netra, karena dapat memberikan semangat hidup," katanya disela-sela pembukaan Diklat Baca Al-Quran Baraille bagi Tuna Netra, di Yayasan Ar-Rahmah, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (9/10).

Menurutnya, untuk mempelajari Al-Quran jenis huruf Arab Braille, para tuna netra umumnya mengalami kesulitan, di samping agak sulit mempelajarinya, selain itu juga harga untuk satu setnya yang terdiri dari 30 juz sangat mahal harganya.

Hal tersebut dibenarkan oleh Wakil ITMI Jakarta Hadi Rahmawadi, yang menyatakan bahwa keluhan kesulitan untuk memperoleh Al-Quran jenis Braille ini, disiasati dengan memakainya secara bergantian, sehingga semua dapat belajar membacanya.

"Saya juga dirumah belum punya Al-Quran ini, kalau mau pakai bisa secara bergantian di sini," ujarnya yang sudah mempelajari Al-Quran Braille sejak tahun 1995-1999 di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Cahaya Batin, Cawang, Jakarta Timur.

Menurut Rahmawadi, untuk satu set Al-Quran dengan huruf Arab Braille yang berjumlah 30 juz ini dijual dengan harga 1,2 juta rupiah, sehingga masing-masing perbuku yang hanya memuat satu juz itu harganya mencapai 40 ribu rupiah. Al-Quran dengan standar Unesco ini pertama kali dikeluarkan di Bandung Jawa Barat, tetapi sekarang bisa diperoleh di Yayasan Raudlatul Makfufin Jakarta.

Ia menjelaskan, selama satu pekan para peserta diklat akan dibimbing oleh tiga orang instruktur untuk mempelajari tahap dasar (Iqra) membaca Al-Quran Braille, dan rata-rata mereka yang berusia antara 25-45 tahun belum pernah mempelajari dasar Al-Quran Braille.

Acara pembukaan Pendidikan dan Latihan Baca Al-Quran ini mendapat perhatian dari berbagai kalangan, dua orang Anggota DPRRI dari FPPP Cudhori Hazami dan Zulkiefli Hasan dari FPAN, tokoh Betawi Nazar Amir, serta beberapa orang dari Pemda DKI Jakarta. Dan menurut rencana setelah Idul Fitri pelatihan ini akan dilakukan akan diteruskan.(novel)