eramuslim.com – Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, menyebut bahwa ada dua sosok yang menjadi penghalang perwakilan PDIP tidak diundang di Kertanegara IV kediaman Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Refly menyampaikan, alasan tersebut berkaitan dengan rasa tidak suka yang disimpan oleh PDIP terhadap dua tokoh, yakni Maruarar Sirait dan Budiman Sudjatmiko, yang dianggap telah “berbelok arah” dari partai.
“PDIP tidak ingin Maruarar Sirait menjadi menteri. Mereka masih menyimpan dendam kepada dua orang ini,” ungkap Refly dikutip dari YouTube, Rabu (16/10/2024).
Menariknya, Maruarar Sirait sendiri merupakan putra dari Sabam Sirait, salah satu tokoh besar PDIP. Kini dia menjadi kader Partai Gerindra dan bergabung di pemerintahan.
Refly juga menambahkan bahwa ada fraksi di PDIP, yang dikaitkan dengan Puan Maharani, yang tampak ingin masuk ke dalam pemerintahan. Ia mengungkapkan adanya skenario Puan disiapkan sebagai calon wakil presiden.
“Ada skenario di mana Puan Maharani disiapkan menjadi wakil presiden menggantikan Fufufafa. Ini mungkin bagian dari perjanjian antara Prabowo dan Megawati, jika mereka benar-benar bertemu,” tambah Refly.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul mengungkapkan ada perbedaan pendapat di internal PDIP soal bergabung atau tidak ke kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu sampai sekarang belum menentukan sikap.
“Yang berkembang, itu kan, namanya pendapat kan berbeda-beda yang berkembang di antara kawan-kawan itu,” kata Bambang di kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (15/10).
Bambang mengatakan ada tiga pendapat yang mengemuka di internal PDIP. Pertama, ada yang ingin segera masuk kabinet Prabowo.
Kedua, ada yang ingin bergabung ke kabinet Prabowo, tetapi tidak sekarang. Terakhir, ada yang berpendapat PDIP tak perlu masuk kabinet Prabowo.
“Jadi ada tiga klaster yang sedang berdinamika,” tuturnya.
Ia menuturkan memang belum ada kader PDIP yang dipanggil Prabowo ke kediaman di Kertanegara, Jakarta. Namun, Bambang mengatakan semua kemungkinan masih bisa terjadi.
“Siapa tahu Bambang Pacul dipanggil,” ucapnya dengan nada berkelakar.
(Sumber: Fajar)