Secara umum, kondisi tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap penerbangan. Akan tetapi, pesawat ternyata turun lebih cepat ketika mulai mendekati landasan pacu. Pada titik ini alarm ketinggian pesawat lazimnya sudah berbunyi dengan kencang. Nahasnya, batas keamanan yang diatur adalah 150 kaki (sekira 47 meter) alih-alih 250 kaki (sekira 76 meter).
Pilot terlambat menyadari kesalahannya. Ketika sadar pesawat turun terlalu cepat, sudah tidak memungkinkan lagi untuk membatalkan prosedur pendaratan. Pesawat menabrak pucuk dahan sejumlah pohon kelapa sawit kira-kira 1,6 kilometer (km) dari landasan pacu dan menghantam perkebunan karet.
Meski badan pesawat tidak rusak atau hancur, bola api besar tetap tercipta akibat efek tabrakan. Lima unit regu pemadam kebakaran diterjunkan ke lokasi. Namun, upaya pemadaman terhambat oleh padatnya jarak antara satu pohon karet dengan pohon lainnya.
Kecelakaan tersebut menewaskan 175 orang penumpang dan delapan kru penerbangan serta melukai 32 orang lainnya. Ajaibnya, bagian depan dari kabin pesawat tidak terbakar sehingga 47 orang dapat keluar dari bangkai pesawat dengan selamat. (OZ/Ram)