Satu-Santunya Masjid Hancur, Setahun Adzan Tak Berkumandang di Lembah Baliem

Dijelaskan, keberadaan Masjid Al Huda di tengah komunitas Muslim yang hanya berjumlah 111 KK ini sangat strategis. Ini menjadi bukti kuat bahwa Islam masih tegak di lembah yang dihuni oleh masyarakat asli Suku Dani itu.

“Menjaga agar adzan tetap berkumandangan dari masjid ini pun sejatinya menjadi tugas kita bersama agar aqidah Islam di dada mereka terus terjaga. Terlebih di tengah derasnya ‘rayuan’ para missionaris yang bisa dengan cepat hilir mudik ke kampung itu, karena fasilitas landasan pesawat terbang twin otter milik missionaris yang tak jauh dari kampung tersebut,” jelas Mulyadi Asso.

Kini Umat Islam di Asotipo merindukan masjid kebanggaannya kembali tegak dan terlihat indah. Selain mereka akan semakin nyaman melaksanakan shalat, anak-anak mereka pun bisa nyaman mengikuti pengajian di dalam masjid itu.

“Ini kebanggaan mereka sebagai seorang Muslim. Tidakkah kita tergerak untuk menjadikan masjid kebanggaan mereka itu kembali tegak dan indah? Bukankah itu pun baitullah yang menjadi tanggung jawab kita bersama. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Barangsiapa yang membangun suatu masjid, ikhlas karena mengharap wajah Allah Ta’ala, maka Allah akan membangunkan rumah yang semisal di dalam surga. (Muttafaqun ‘Alaihi),” ungkapnya.

Berdasarkan perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut, AFKN membuat program renovasi Masjid Al Huda. Diperkirakan dana yang diperlukan untuk merenovasi keseluruhan sebesar Rp 350.000.000. Yang akan dialokasikan untuk pembelian kubah masjid, merapikan dinding dan lantai, membayar pekerja, dan kebutuhan lainnya.