Seperti tahun sebelumnya dua ormas besar, Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) dan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengeluarkan seruan bersama, bertepatan dengan Tahun Baru Islam (Hijriyah). Pada tahun baru Hijriah 1429H ini, kedua ormas Islam terbesar di Indonesia itu menyerukan umat agar berhijrah dengan menjauhi perbuatan yang mendatangkan murka Allah SWT.
Seruan itu disampaikan secara bersama oleh pengurus pusat kedua ormas tersebut, di Kantor PBNU, Jakarta, Kemarin. Di dalamnya berisikan empat imbauan, yang ditandatangani Ketua Umum PBNU KH A Hasyim Muzadi dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin.
"Melewati Tahun Hijriyah 1428, umat dan masyarakat bangsa Indonesia masih dalam suasana keprihatinan yang sangat mendalam, baik lahiriah maupun batiniah, karena beruntunnya bencana
sosial yang dibarengi bencana alam yang telah berjalan bertahun-tahun, " ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Rosyad Shaleh, yang membacakan pengantar seruan bersama itu.
Di dalam pernyataan bersama berisikan empat imbauan, yang ditandatangani Ketua Umum PBNU KH A Hasyim Muzadi dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin. Kedua ormas memandang hingga saat ini belum ada tanda-tanda peredaan bencana. Bahkan, dalam penyelenggaraan negara, masih sangat nyata belum ada perbaikan berarti untuk mengatasi kekerasan dan penyimpangan agama yang semakin luas.
Penegakan hukum dinilai masih simpang siur, perbaikan ekonomi yang belum tercapai, citra bangsa di mata dunia yang terus turun, dan pertahanan negara serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terus terguncang. Karena itu, Rosyad melanjutkan, kedua ormas menyerukan agar umat menjauhi segala perbuatan yang langsung atau tidak langsung menyebabkan
murka Allah
Selain itu, umat diminta menjauhi perbuatan, seperti kepura-puraan, kebohongan, pengrusakan alam, korupsi, pornografi, jual-beli hukum, pengkhianatan amanat, dan menelantarkan penderitaan rakyat. Kedua ormas menyerukan agar umat mendekatkan diri kepada Allah dengan
taubat, kejujuran, peningkatan ibadah, zikir, sedekah, serta penyantunan terhadap masyarakat yang terkena bencana.
Sedangkan, pemerintah diimbau untuk melaksanakan semua agenda reformasi tanpa terkecuali sebagaimana yang telah diamanatkan Ketetapan (Tap) MPR. Pemerintah juga diminta untuk meningkatkan kegiatan ekonomi kerakyatan, peningkatan penanggulangan bencana, dan menangani korupsi.
"Mengimbau kepada segenap elemen bangsa dan masyarakat untuk meningkatkan semangat kebersamaan dan bahu-membahu dalam menanggulangi persoalan bangsa ini dan terus bekerja sama
tanpa mengurangi peran dan posisi masing-masing, ” seru Rosyad.
Di dalam menghadapi permasalahan bangsa, Din Syamsuddin menginginkan kerja sama konkret. Selain untuk terus mempererat hubungan keduanya, Ia juga berharap dapat dibuat kerja nyata
yang tak sekadar simbolik. Namun, berupa jalinan hubungan hati dan silaturahim di antara keduanya. "Hubungan simbolik saja sudah memberikan manfaat, apalagi diteruskan dengan kerja
sama nyata di lapangan, "ujarnya.
Sementara Hasyim Muzadi mengusulkan kedua ormas merancang syiar bersama untuk menghadapi tahun baru hijriyah mendatang. Ia ingin adanya bentuk kerja sama hablum minallah, hablum minannas, dan pelestarian alam. Kerja sama ini diharapkannya dapat menggantikan pesta tahun baru yang isinya hanya penuh dengan kemaksiatan, terompet, kemacetan di jalanan, dan kecelakaan. "Kita rubah jadi lebih Islami dan Indonesia, " serunya.
Hasyim mendambakan, syiar tahun baru hijriyah yang sepadan dengan kebesaran umat Islam Indonesia. Gerakan kultural ini perlu dilakukan untuk mengimbangi gerusan budaya asing yang semakin memakan syariah dan akidah umat. "Gerusan kultural harus dibentengi dengan gerakan natural pula, di samping melalui jalur pendidikan dan peran negara, "tandas Hasyim
Acara pembacaan seruan yang dikemas dalam silaturahmi rutin itu berlangsung akrab. Sejumlah jajaran kepengurusan di PBNU dan PP Muhammadiyah turut hadir dalam acara tersebut.
FUI Gelar ‘Tabligh Akbar Tuntut’ Pembubaran Ahmadiyah
Di tempat terpisah, Forum Umat Islam menggelar peringatan tahun baru 1 Muharam 1429 Hijriah dengan acara ‘Tabligh Akbar’. Ribuan orang yang berkumpul di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu, menuntut agar pemerintah bersikap tegas dengan melarang keberadaan aliran Ahmadiyah.
Ketua Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) Ahmad Sumargono, dalam orasinya, meminta agar umat Islam pada Pemilu 2009 tidak memilih calon presiden (capres) yang mendukung
eksistensi Ahmadiyah di Indonesia.
"Jangan pilih capres dan cawapres yang berpihak pada lembaga yang telah menodai ajaran Islam seperti Ahmadiyah, " katanya.
Ahmad juga mencemaskan persoalan Ahmadiyah yang kini telah dibawa menjadi semacam sebuah permainan politik bagi para elit.
Sementara itu, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Zahir Khan mengatakan, segenap orang Islam harus senantiasa bersatu agar memiliki kekuatan dalam menghadapi permasalahan yang kerap mendera umat.
Sedangkan, Ketua Tim Advokasi Forum Umat Islam (FUI) Munarman berharap agar umat Islam selalu mengawasi proses hukum yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani permasalahan Ahmadiyah.
Ribuan orang yang tiba di Al-Azhar menjelang shalat Zuhur itu, berasal dari beragam elemen ormas Islam, antara lain Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI), Persis, dan DDII.
Acara yang bertempat di lantai atas Masjid Agung Al-Azhar tersebut juga diramaikan dengan adanya spanduk 7×1 meter di saf terdepan yang isinya mendesak agar aliran Ahmadiyah dibubarkan. Acara gema tahun baru Hijriah ini juga digelar di berbagai tempat di ibukota, antara lain di Plaza Barat Istora Gelora Bung Karno oleh Forum Betawi Rempug (FBR) se-Jabodetabek.
Pada Kamis malamnya, tabligh akbar di DKI juga akan diselenggarakan antara lain di Masjid Al-Iksan Petamburan, Jakarta Pusat, dan di Masjid An Nur Petojo Selatan, Jakarta Pusat. (novel/rol/ant)