Seiring meningkatnya pertumpahan darah di negara poros Arab, banyak kaum Muslim dari Chechnya dan Caucasus Utara pergi menuju Suriah untuk berjuang bersama melawan tentara pasukan rezim Bashar al-Assad.
“Ini pertama kalinya Muslim Chechnya dalam jumlah besar ikut ambil bagian dalam aksi militer di luar negeri,” Mairbek Vatvhagayev, Paris, mengatakan kepada Reuters hari Kamis 6 Maret lalu.
“Jihad membutuhkan banyak hal,” Omar Abu al-Chechen mengatakan kepada pasukannya, Brigade of Migrants dalam sebuah video.
Pertama, jihad membutuhkan dana. Sekarang ini banyak yang bergantung kepada dana untuk bisa berjihad,” al-Chechen mengatakan dalam bahasa Rusia yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Arab oleh beberapa pasukannya.
“Kami telah banyak kehilangan kesempatan, namun hari ini benar-benar merupakan kesempatan untuk mendirikannya (sebuah negara Islam) di bumi.”
Seorang pejuang Suriah mengatakan bahwa pasukan Chechen merupakan pasukan asing terbesar kedua setelah pasukan Libya, yang membantu pejuang dalam konflik Suriah.
Dilaporkan pula bahwa 17 pejuang dari Caucasus Utara tewas dalam pertempuran di luar Aleppo pada bulan lalu.
Para pengamat mengatakan bahwa pejuang-pejuang dari Caucasus Utara adalah para mahasiswa yang belajar di sekolah-sekolah agama di luar Rusia.
Meski begitu, mereka memiliki kemampuan dan pengalaman berperang karena sebelumnya berpartisipasi dalam peperangan melawan pasukan Rusia di Chechnya pada tahun 1994-1996 dan 1999-2000.
“Mereka sangat kuat, di beberapa area mereka memimpin pertempuran dan beberapa dari mereka adalah pemimpin kelompok Brigade,”
“Mereka pejuang yang sangat berpengalaman, mereka juga bertempur atas dasar keimanan, karena itu mereka tidak mengharapkan balasan apapun.”
(islamonline)