Kembali berislam
Anton merahasiakan keyakinan barunya dari keluarga, terutama ayah dan ibu kandungnya. Ketika kembali ke rumah, ia tetap menunjukkan diri masih Muslim. Misalnya, shalat sesudah azan berku mandang atau ikut berpuasa saat Ramadhan.
Yang tidak mereka ketahui, ia telah memiliki orang tua angkat, yakni pihak yang meng ajarkannya sekte tersebut. Dari orang tua asuh itu, Anton menerima kesempatan untuk bersekolah lagi.
Bagaimanapun, jurusan yang diambilnya berfokus pada syiar aliran non-Islam tersebut “Saya bahkan menjadi pembimbing maha siswa yang meneliti tentang agama tersebut, ucapnya mengenang.
Secara finansial, kehidupannya mulai membaik dari bulan ke bulan, tahun ke tahun.Keadaan itu ternyata tidak juga menen teramkan batinnya. Hatinya kian terasa kosong walaupun terus berusaha ditutup-tutupi.
Sejak 2001, Anton mulai tertarik pada topik perbandingan agama. Ia kian rajin mengkaji kitab-kitab, yakni Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan juga Alquran. Namun, pengaruh dari lingkungannya tetap saja kuat.
Bahkan, pada suatu hari ia kedapatan sedang membakar semua mushaf Alquran dan kitab- kitab hadis yang dimilikinya sejak masih anak-anak.
Ayah dan ibu kandungnya lantas mengeta hui hal itu. Keduanya sangat sedih begitu menyadari, putranya itu sudah keluar dari Islam. Mereka pun mencari-cari cara agar Anton kembali menjadi Muslim.
Tanpa diminta pun, sebenarnya Anton saat itu sedang melakukan pencarian spiri tual. Ia yakin betul, agama yang benar pasti lah menenangkan batin individu yang memeluknya. Dan, saat itu batinnya masih saja resah.
“Pernah saya tinggal menumpang dengan seorang fotografer yang ternyata anggota ormas Islam tertentu. Melihat ID card(kartu keanggotaan) dia, sempat muncul rasa rindu untuk kembali ke Islam walaupun saya tidak tertarik dengan organisasi dia,” kenangnya.