Eramuslim.com – Syekh Ibnu Athaillah Assakandary berkata:
لَا تَتَرَقَّبُ فَرَاغُ الْأَغْيَارِ ، فَإِنَّ ذَلِكَ يَقْطَعُكَ عَنْ وُجُوْدِ المُرَاقَبَةِ لَهُ ، فِيْمَا هُوَ مُقِيْمُكَ فِيْهِ
Artinya: “Jangan menunggu habisnya hal-hal yang menyibukkanmu. Sebab ia akan memutuskanmu dari rasa diawasi oleh-Nya pada tempat yang Allah Swt. telah tetapkan bagimu.”
Manusia tidak bisa terlepas dari kesibukan selama ia masih ada di alam dunia. Dalam menjalani kehidupan, manusia akan selalu dihadapkan pada problematika yang tiada henti-hentinya. Walaupun demikian, seorang salik dituntut untuk tetap konsisten kepada tujuannya, yaitu ibadah kepada Allah Swt.
Al-Aghyar dalam hikmah ini dapat diartikan sebagai sesuatu yang menggangu kondisi ruhani. Syekh Ibnu Athaillah secara sederhana memberikan nasehat kepada seorang salik agar hendaklah ia tidak menunggu saat kondisi ruhaninya tenang untuk dapat memfokuskan diri beribadah kepada Allah Swt.
Bagaimanapun riuh kehidupan terus menyibukkan kita, hendaklah kita berusaha untuk memfokuskan hati kita hanya untuk Allah Swt., janganlah menjadikan kesibukan sebagai alasan untuk tidak beribadah kepada Allah Swt.
Inilah yang disebut oleh para sufi sebagai “الخلوة في الجلوة” ‘khalwat (menyendiri) di dalam keramaian’. Artinya, khalwat yang diminta oleh Allah, tidak mengharuskan seseorang lari dari kehidupannya, seperti menghabiskan waktu dalam kesendirian sepanjang hidupnya.
Syekh Said Ramadhan al-Buthy dalam penjelasan hikmah ini mencontohkan seseorang yang hidup di belahan bumi Eropa/Amerika untuk berdagang atau belajar.
Seseorang tersebut merasa pola hidup di sana sangat tidak mendukung untuk menjadi muslim yang taat. Ia merasa tidak memiliki pilihan lain kecuali menunggu hingga keadaan memungkinkan. Pola pikir demikianlah sejatinya tidak benar.
Sesungguhnya perasaan tidak cocok atau hambatan selalu datang dimanapun dan kapanpun. Mungkin saat masih muda, hambatan kita adalah nafsu untuk ingin selalu bebas, sehingga kita menjadikan Allah sebagai nomor kesekian.
Namun, saat di usia senja bisa jadi hambatan untuk kita beribadah kepada Allah adalah kesehatan fisik! Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi pada diri kita.
Menanti bebas dari kesibukan dunia, merupakan kejahilan atas hakikat hidup dan sebuah penantian tak berujung. Sebab kesibukan yang dapat menghalangi seseorang dari Allah itu ada dan selamanya ada.
Dari sana hendaklah kita tidak menunggu untuk beribadah kepada Allah dalam kondisi dan saat apapun.(kl/akt)
https://m.eramuslim.com/resensi-buku/konspirasi-penggelapan-sejarah-indonesia-eramuslim-digest-edisi-10.htm