Ben-Gvir mengatakan bahwa kebijakan tersebut diajukan bersama dengan menteri ekstremis lain, Idit Silman, yang mengatakan bahwa azan dari masjid-masjid merupakan “suara yang tidak wajar”, dan mengatakan bahwa membiarkan azan terus dikumandangkan merupakan sebuah bentuk pelanggaran hukum.
Menteri sayap kanan itu, dalam sebuah cuitan di X, mengatakan bahwa ia “bangga” untuk mengajukan larangan Azan dan mengatakan bahwa azan menimbulkan “bahaya” bagi warga ‘Israel’ yang tinggal di dekat masjid.
Melansir Channel 12 Israel, menteri itu telah meminta kepolisian untuk memberlakukan larangan azan tersebut dan mengizinkan mereka untuk menerobos masuk masjid, menyita pengeras suara dan mengeluarkan denda jika tetap digunakan.
Politisi dari partai United Arab List, Mansour Abbas, mengatakan bahwa Ben-Gvir “berusaha mengobarkan api dan menyeret warga Arab Muslim untuk menanggapi provokasinya”.
“Dia gagal di Masjid Al-Aqsa dan hari ini mencoba memprovokasi semua masjid. Ben Gvir terus berusaha menyabotase kehidupan bersama di negara ini, dan inilah saatnya untuk mengakhirinya,” ujar Abbas dalam ciutannya di X.
Pernyataan Abbas didukung anggota parlemen ‘Israel’ Gilad Kariv yang mengatakan bahwa menteri tersebut “membahayakan” Israel, dengan mengatakan bahwa ia melakukan “segalanya untuk menyulut konflik”.
Ben-Gvir memimpin salah satu dari dua partai nasionalis-religius garis keras di parlemen koalisi ‘Israel’ dan dikenal karena pernyataan-pernyataannya yang menghasut, bahkan pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan pemerintah sayap kanan ‘Israel’, seperti mengubah status quo akses dan kontrol atas Masjid Al-Aqsa.
Pada Agustus lalu, Ben-Gvir bahkan terang-terangan menyerukan pembangunan sinagoge di masjid Al-Aqsha.
Menteri tersebut juga menimbulkan kemarahan karena memimpin penyerbuan bersama ribuan pemukim ‘Israel’ ke situs suci tempat para ekstremis dan pemukim Yahudi melakukan ritual. (sumber: Hidayatullah)