Mengenal 5 Muadzin di Zaman Rasulullah

Setelah Abu Mahdzurah beriman, Rasulullah mengajarinya adzan. Jadilah ia orang pertama yang mengumandakan adzan setelah Rasulullah meninggalkan Makkah menuju Madinah. Ia terus menjadi muadzin di Masjidil Haram hingga akhir hayatnya. Kemudian dilanjutkan oleh para keturunannya hingga waktu yang lama. Ada yang mengatakan hingga masa Imam Syafi’i.

4. Saad al-Qarazh

Saad al-Qarazh adalah mantan budak Ammar bin Yasir. Ia muadzin Rasulullah di Masjid Quba. Ada cerita tersendiri pada laqob al-Qarazh pada nama Saad. Diriwayatkan oleh al-Baghawi bahwasanya Saad pernah mengadu kepada Rasulullah tentang sulitnya perekonomiannya.

Nabi lalu memberi masukan agar ia berdagang. Lalu, Saad pergi ke pasar dan membeli sedikit al-Qarazh (daun pohon yang dapat dibuat untuk menyamak). Kemudian ia jual lagi. Dari penjualan itu, ia mendapat keuntungan yang banyak. Ia pergi menemui Nabi Muhammad untuk mengabarkan hal ini. Beliau menasihati agar ia menekuni perdagangannya.

Di zaman Rasulullah, Saad merupakan muadzin di Masjid Quba. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, sang khalifah menugaskannya untuk adzan di Masjid Nabawi, karena Bilal enggan menjadi muadzin setelah Rasulullah wafat. Setelah Saad wafat, anaknya yang melanjutkan rutinitas sang ayah mengumandangkan adzan di Masjid Nabi, demikian dinukil dari Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, Juz: 3 Hal: 65.

5. Ziyad bin al-Harits ash-Shuda-i

Ziyad juga merupakan muadzin Rasulullah. Berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad dalam Musnad-nya bahwa Ziyad pernah adzan di hadapan Nabi Muhammad. Namun, hadits tersebut tidak shahih.

Kelima nama muadzin tersebut kemudian dikumpulkan oleh Syaikh at-Tawudi bin Saudah dalam syairnya:

عمرو بلال و أبو محذورة

سعد زياد خمسة مذكورة

قد أذنوا جميعهم للمصطفى

نالوا بذاك رتبة و شرفا

Artinya:
Amr, Bilal, dan Abu Mahdzurah

Saad, Ziyad, lima orang yang disebut

Semuanya beradzan atas perintah baginda Rasulullah

Mereka mencapai derajat dan kemuliaan karena amalan tersebut,”

(Okz)