Eramuslim.com – Presiden Recep Tayyip Erdogan mendeklarasikan kemenangan dalam pilpres putaran kedua pada Ahad (28/5/2023), dalam pidato di Istanbul. Erdogan dipastikan terpilih sebagai presiden Turki untuk masa jabatan ketiga. Dia pun menerima banyak ucapan selamat dari berbagai kepala negara di dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Ketika penghitungan suara sudah menunjukkan hasil kemenangan, Erdogan pun berpidato di tengah kerumunan pendukungnya. “Pemenang pemilihan ini adalah seluruh 85 juta orang kuat bangsa Turki,” kata Erdogan dilaporkan Middle East Eye dikutip di Jakarta, Senin (29/5/2023).
Dalam kesempatan itu, ia menyerang koalisi partai opisisi yang terkesan pro-LGBT. Padahal, pada saat bersamaan, mereka antiimigran dan berusaha mengusir pengungsi Suriah di Turki. “Kami tidak akan membiarkan kekuatan LGBT menang,” ucap Erdogan.
Menurut Erdogan, CHP, HDP, Partai IYI, dan partai sayap kanan lainnya pro-LGBT. Dia lebih pro terhadap kelangsungan keluarga di Turki daripada membiarkan gerakan LGBT bebas.
“CHP, HDP, dan yang lainnya pro-LGBT. Tapi LGBT tidak bisa menyusup di antara kita. Kita akan terlahir kembali. Keluarga itu sakral. Kekerasan terhadap perempuan dilarang,” ucap Erdogan dalam siaran Aljazeera.
Menggemakan retorika anti-LGBTQ yang dilakukan menjelang pencoblosan putaran pertama, Erdogan lagi-lagi mengatakan, “LGBT tidak dapat menyusup” ke partainya, yaitu AKP. Dari pantauan di lini masa Twitter, pidato Erdogan mendapat kecaman dari warganet Eropa dan Barat, tetapi didukung warga Turki.
Sementara itu, kantor berita Anadolu Agency melaporkan, Erdogan dipastikan memenangkan pemilihan ulang atau putaran kedua atas Kemal Kilicdaroglu. Dewan Pemilih Tertinggi menghitung suara yang hampir 100 persen, dengan hasil Erdogan menerima 52,14 persen suara berbanding Kilicdaroglu dengan 47,86 persen.
Dengan torehan itu, Erdogan menyegel kemenangan dan memperpanjang masa pemerintahannya selama 20 tahun untuk lima tahun berikutnya. Dia telah melampaui 15 tahun kepresidenan pendiri Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk.
Adapun masa pemerintahan 2023-2028 merupakan yang terakhir kalinya bagi Erdogan merujuk konstitusi yang berlaku Turki. Dia pun menegaskan, “Turki adalah pemenang”.
Sumber: republika