Marahnya China saat Warganya Dilarang Masuk Banyak Negara

Dai dalam menceritakan peritiwa Holocaust mengklaim bahwa Shanghai di masa silam menawarkan perlindungan kepada sekitar 20.000 orang Yahudi yang melarikan diri dari Eropa.

Sebenarnya, alasan ribuan orang Yahudi kala itu dapat masuk Shanghai bukan semata-mata karena kemurahan hati China, namun karena pemerintah China di masa itu tidak mengontrol internal Shanghai karena fakta bahwa kota itu adalah kota pelabuhan hasil sebuah perjanjian dengan status ekstra teritorial. Kota status seperti itu adalah salah satu dari sedikit tempat di dunia yang bisa dijangkau orang Yahudi tanpa harus mendapatkan visa.

Ini bukan pertama kalinya China menggunakan perbandingan Holocaust untuk mengekspresikan ketidaksenangannya. Media pemerintah China tahun lalu menyindir bahwa pengunjuk rasa Hong Kong bertindak seperti Nazi dengan membagikan sebuah puisi ala “First They Came” karya Martin Niemöller, seorang pendeta Jerman yang secara terbuka menentang Adolf Hitler dan dikirim ke kamp konsentrasi. Perbandingan itu dikritik habis-habisan.

China mungkin menyadari bahwa pihaknya melangkah terlalu jauh dengan perbandingan Holocaust kali ini. Kedutaan Besar China di Israel kemudian meminta maaf atas pernyataan Dai, dan mengatakan; “Tidak ada niat apa pun untuk membandingkan hari-hari gelap Holocaust dengan situasi saat ini dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Israel untuk melindungi warganya.” [sn]