Mantan Wakil Presiden Tareq al – Hashemi , menyebut Perdana Menteri Nuri al – Maliki bertanggung jawab atas krisis politik yang kini terjadi di Irak.
Dalam wawancara dengan BBC, Hashemi mengatakan bahwa “keberadaan suku Anbar dapat menghentikan gerakan militan bersenjata seperti yang terjadi pada tahun 2008.” ia menambahkan “Saya percaya bahwa kaum Sunni Arab menggunakan kekerasan karena mereka mendapat perlakuan sewenang-wenang dari pemerintah dalam demonstrasi damainya,” ujar Hashemi.
Hashemi menjelaskan bahwa “alasan utama di balik pemberontakan ini adalah terkait ketidakadilan pemerintah terhadap orang-orang Arab Sunni oleh Perdana Menteri Nuri al – Maliki.”
Dia menuduh pemerintah telah melakukan penangkapan anak laki-laki dan para pemimpin Sunni, mengubah tanggal dan identitas dari Muslim Sunni Irak, serta menyita dan menutup masjid warga Sunni sebagai kebijakan yang tidak adil dan diskriminatif.
Hashemi mengatakan “orang-orang di kota Ramadi terpaksa mengangkat senjata mereka untuk membela diri, dan ini adalah sah.”
Konflik bersenjata sendiri telah memasuki bulan ke 3 sejak meletus pertama kali pada bulan akhir Desember tahun 2013 lalu. Hampir 300 ribu orang telah mengungsi akibat pertempuran di Anbar, seperti data yang dikeluarkan oleh PBB .
Gubernur Anbar , Ahmed al – Dulaimi, telah memberikan batas kepada militan untuk menyerah hingga hari Sabtu (22/02) pekan depan, dan menegaskan bahwa dirinya dan pemerintah tidak akan bernegosiasi dengan milisi suku bersenjata di provinsi Anbar. (Bbcarabic/Ram)