Mantan kepala intelijen Arab Saudi, Pangeran Turki al-Faisal, menyebut perjuangan milisi Sunni dan ISIS adalah sebuah Revolusi berkepanjangan yang berawal dari Suriah hingga menuju pemerintahan Syiah Nouri al Maliki di Irak.
Dalam wawancara dengan jaringan stasiun televisi CNN, Pangeran Turki al-Faisal menyatakan bahwa “ISIS adalah salah satu faksi di antara berbagai faksi perjuangan di Irak dan Suriah,” pangeran Faisal menambahkan bahwa “sebagian besar faksi perjuangan di kedua negara banyak menyebut ISIS sebagai kelompok teroris.”
Pangeran Turki al-Faisal juga menyebut sosok PM Nouri al-Maliki tidak mewakili semua golongan di Irak. “Tentunya ini akan sangat sulit sekali menemukan sosok yang mewakili seluruh golongan di Irak, terlebih adanya kepentingan Suriah dan Iran di sana,” tambah Pangeran Turki al-Faisal.
Mantan kepala intelejen Saudi menjelaskan bahwa krisis yang terjadi di Irak merupakan buntut dari sejumlah kebijakan pemeritah Irak dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.
Ia menjelaskan bahwa salah satu kebijakan yang salah di Irak adalah ketika pemilu lima tahun lalu ada faksi yang memenangkan suara mayoritas dalam pemilihan harus digantikan di bawah tekanan dari Amerika Serikat dan Iran, sehingga melahirkan kelompok koalisi yang memilih Nouri al-Maliki.
Pangeran Faisal menyatakan bahwa milisi ISIS bukanlah suatu organisasi baru yang lahir hari kemarin, “Daulah Islam adalah kelompok yang dibangun invasi untuk melawan pendudukan AS ke Irak.
Di akhir wawancara, Pangeran Turki al-Faisal menyebut milisi Daulah Islam adalah organisasi berbahaya bagi seluruh wilayah Timur Tengah dan mungkin seluruh dunia. (Rassd/Ram)