Eramuslim – Dalam pernyataan resmi melalui Kementerian Luar Negeri pada hari Kamis (15/12) kemarin, pemerintah Malasyia menyatakan kemarahannya atas kekerasan yang terus berlangsung terhadap minoritas Muslim Rohingya di Myanmar.
“Kuala Lumpur sangat prihatain atas kekerasan disertai pembunuhan terus-menerus dan pengusiran terhadap warga sipil tidak berdosa oleh aparat militer di wilayah utara Myanmar,” tulis Malaysia dalam steatmen resminya.
Pemerintah Kuala Lumpur mengingatkan bahwa apa yang terjadi di Rakhine bukan lagi menjadi urusan internal pemerintah Myanmar, mengingat arus gelombang warga sipil tidak berdosa yang memenuhi negara-negara tetangga, termasuk Malaysia.
Perlu diketahui bahwa keanggotaan dalam Organisasi ASEAN membatasi negara anggota untuk mencampuri urusan internal negara lain.
Konflik di Rakhine kembali memanas setelah 8 Oktober lalu sekelompok orang tidak dikenal menyerbu kantor polisi di kota-kota Maungdaw dan Tayong Eattaa di provinsi Arakan yang mengakibatkan empat tentara dan sembilan polisi tewas, menurut pihak berwenang Myanmar.
Pemerintah yang menuding kelompok Islam Rohingya sebagai pelaku penyerangan segera menggelar operasi militer di Arakan, dan melarang seluruh wartawan asing serta lembaga bantuan kemanusiaan meliput tragedi Rohingya.
Rabu 14 Desember 2016, Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam laporan resminya menyatakan lebih dari 27 ribu Muslim Rohingya telah mengungsi dari provinsi Arakan ke Bangladesh sejak awal bulan November kemarin.
Tidak diketahui berapa jumlah Muslim Rohingya yang dibantai setelah pemerintah Myanmar menutup seluruh akses pemberitaan dan media. (Anatolia/Ram)