Indikasi adanya gejala penyebaran penyakit Lyme akibat adanya percobaan senjata biologis yang sedang dikembangkan Pentagon inilah, yang kemudian mendorong seorang anggota Kongres dari New Jersey, Christ Smith, untuk mengadakan investigasi secara mendalam. Apakah benar Pentagon telah melakukan semacam eksperimen dengan menggunakan kutu dan serangga, maupun jenis serangga lainnya, sebagai bahan untuk membuat senjata biologis antara 1950-1975?
Merujuk pada penemu Lyme asal Swiss, Willy Burgdorfer, mengatakan bahwa epidemi Lyme adalah eksperimen militer yang salah kaprah. Burgdorfer meninggal pada tahun 2014. Ia bekerja sebagai peneliti senjata biologi untuk militer AS.
Dalam pengakuannya, ia mengatakan ditugaskan untuk membiakkan kutu, nyamuk, dan serangga penghisap darah lainnya, sehingga menginfeksi mereka dengan patogen yang menyebabkan penyakit pada manusia.
Salah satu penggalan cerita menarik dalam buku itu, ada program untuk menghilangkan kutu yang dipersenjatai dan diterbangkan dari udara. Penerbangan yang tidak terinfeksi dilepaskan di area perumahan di AS untuk melacak bagaimana mereka menyebar. Ini menunjukkan bahwa skema seperti itu bisa menjadi serba salah dan menyebabkan erupsi penyakit Lyme di AS pada 1960-an.
Sinyalemen Christ Smith maupun Kris Newby ihwal bahaya penyebaran penyakit Lyme ini, sudah selayaknya jadi fokus perhatian para stakeholders kebijakan luar negeri dan kesehatan di Indonesia. Mengingat potensi penyebarannya yang bisa meluas dan mengembang ke kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Berdasarkan jejak-jejak keterlibatan Pentagon dalam penyebaran penyakit lyme akibat eksperimen senjata biologis, masuk akal jika kita patut mewaspadai adanya laboraotorium berfungsi ganda ala NAMRU-2 AS.
Beberapa data yang berhasil dihimpun tim riset Global Future Insitute, pada 1984 ada 1500 kasus berkaitan dengan penyakit ini. Bahkan pada 2017, diperkirakan meningkat menjadi 59000.Artinya, penyebaran penyakit Lyme bukan saja di wilayah kedaulatan AS, melainkan bisa juga meluas ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Maka itu, kalau bicara mengenai penyebaran wabah virus flu burung atau SARS di Indonesia, mau tidak mau kita harus kilas balik sejenak mengenai NAMRU-2 AS. Sebuah laboratorium penelitian penyakit tropis yang belakangan terungkap merupakan kedok bagi operasi intelijen angkatan laut AS di Indonesia.
NAMRU-2 AS Sebagai Operasi Intelijen
November 2007, saya menulis di situs www.nu.or.id bertajuk Misteri Virus Namru-2 AS. Dalam artikel tersebut saya menggugah kembali ingatan publik atas peristiwa yang terjadi pada Januari 2006, di Gedung tingkat tiga Laboratorium Mikrobiologi Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN). Yang mengakibatkan 22 orang luka-luka bakar yang cukup parah.
Ledakan yang terjadi di Gedung laboratorium Mikrobiologi yang berlokasi di jalan Percetakan Negara 29 Jakarta Pusat milik Departemen Kesehatan itu, waktu itu dianggap sebagai kecelakaan biasa.
Apalagi Makbul Padmanegara yang ketika itu menjabat Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri, secara tegas mengesampingkan kemungkinan ledakan tersebut berasal dari bom atau aksi terror. Meski Padmanegara kala itu tidak membantah bahwa telah diketemukan nitrogen cair dan CO2.
Namun melalui kejadian tersebut ada satu fakta menarik yang belum ada satupun media massa yang mengangkatnya sebagai tema pemberitaan. Sebuah fakta yang jauh lebih menarik dibandingkan peristiwa peledakan itu sendiri. Kenyataan bahwa di Komplek gedung ini pula, berkantor The Naval Medical Research Unit 2 atau yang lebih dikenal dengan NAMRU-2.
Berdasarkan penelusuran bahan-bahan pustaka yang saya lakukan, terungkap bahwa Unit 2 Penelitian Medis Angkatan Laut alias NAMRU-2 merupakan bagian dari Angkatan Laut Amerika Serikat.
Yang lebih menarik lagi, badan yang resminya didirikan untuk mempelajari penyakit-penyakit tropis ini, ternyata berkantor di gedung milik Departemen Kesehatan. Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta Pusat. Aneh bukan?
Memang kalau kita menelisik situs Kedutaan Besar Amerika di Jakarta, Staf Namru-2 bekerjasama dengan Departemen Kesehatan Indonesia di bidang pengembangan Sumberdaya Manusia, pembangunan kelembagaan, penelitian serta pengawasan penyakit-penyakit menular.
Menurut keterangan situas Kedubes AS lebih lanjut, hal itu dilakukan dalam rangka Misi NAMRU-2 untuk mengadakan penelitian, percobaan-percobaan dan evaluasi atas penyakit-penyakit menular demi memajukan kesehatan, keamanan, dan kesiapan Pasukan Angkatan Bersenjata AS agar dapat bekerja secara efektif di masa damai dan dalam menjalankan misi-misi darurat di Seluruh Asia Tenggara.
Namun, itu versi cerita dari Kedutaan Besar Amerika Serikat. Informasi lain yang ketika itu saya peroleh, dan inilah yang jadi gagasan utama tulisan saya sehingga saya beri judul Misteri Virus NAMRU-2 AS, sejak akhir 2006 dan awal 2007, ada sekitar 25 orang yang mati terkena infeksi virus tak dikenal yang memakan korban jiwa akibat eksperimen biologis tertutup yang dilakukan oleh NAMRU-2.