Reformasi tersebut di antaranya termasuk kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga dua kali lipat. Harga BBM oktan 91 yang biasa dijual 0,75 riyal (sekitar Rp2.700 dengan kurs saat ini) naik menjadi 1,37 riyal. Sementara oktan 95 dijual 2.04 riyal, naik dari 0,90 riyal per liter. Sedangkan diesel untuk truk tidak berubah. Dengan harga BBM sebelumnya yang berada di bawah 1 riyal, harga seliter bensin lebih murah dibanding harga sebotol air mineral atau sebungkus roti besar yang berisi 4 lembar.
Selain kenaikan harga BBM, pada 1 Januari 2018 ini, Arab Saudi juga menetapkan pajak pertambahan nilai (PPN) dengan tarif 5%. Sejumlah barang seperti makanan, pakaian, barang elektronik, tagihan telepon air, listrik dan biaya penginapan di hotel mengalami kenaikan. Satu porsi ayam goreng Albaik, yang cukup favorit di Saudi biasanya hanya seharga 10 riyal, kini naik menjadi 10,5 riyal. Media-media lokal memberitakan, pemerintah Arab Saudi memperkirakan akan mendapat kenaikan dari pengenaan PPN dan berencana untuk mengurangi subsidi. Subsidi terbesar di Saudi ialah subsidi untuk makanan dan sembako. Meski begitu, negara tersebut diperkirakan menghadapi defisit anggaran setidaknya hingga tahun 2023.
Kenaikan harga BBM dan PPN ini tentu saja banyak mempengaruhi orang-orang di dalam dan di luar Saudi. Ongkos haji dan umrah tahun 2018 tentu akan melonjak seiring dengan kenaikan harga yang ditetapkan pemerintah Saudi. Saya tidak bisa memperkirakan item apa saja yang mengalami kenaikan selain biaya hotel, tapi yang jelas harga barang-barang timur tengah untuk oleh-oleh pasti mengalami kenaikan. Jadi, kalau ada teman dan keluarga yang berhaji atau berumrah di tahun ini, harap berlapang dada jika tidak bisa membawakan buah tangan yang banyak :p.
Di lain sisi, sebagaimana keresahan yang ditulis oleh jurnalis Al-Watan, para pekerja asing di Saudi juga terdampak secara drastis. Salah seorang pekerja dari Indonesia yang menemui saya di pelataran Masjidil Haram mengeluhkan masalah kenaikan harga bahan pokok. “Pemerintah menaikkan harga barang tapi gaji kita tetap segitu aja. Sementara buat makan saja setiap bulan setidaknya bisa sampai 800 riyal, belum buat kirim untuk keluarga di kampung,” ujar Abdullah, yang sudah dua tahun bekerja sebagai supir dinas kebersihan kota di Mekkah.
Ironisnya, kenaikan harga barang dan BBM itu dibarengi dengan kebijakan pemerintah yang mulai keluar dari konservatisme Islam menuju kebijakan yang lebih terbuka dan liberal. Baru-baru ini, Saudi memutar tayangan film setelah 35 tahun lamanya tidak pernah ada pertunjukan film di teater bioskop. Bioskop permanen pertama di Saudi diperkirakan akan beroperasi pada awal bulan Maret 2018, setelah pihak kerajaan mencabut larangan pemutaran film.