Apapun. Entah karma, entah azab, itu kawasan atau area Tuhan seperti halnya kematian, rezeki, jodoh, gaib, dan lain-lain. Sudah barang tentu, area tersebut tak boleh dijamah dan tidak dapat dirambah oleh manusia sebab merupakan hak prerogatif Tuhan. Jadi, tatkala ada analisa serta simpulan bahwa virus Wuhan adalah karma bagi Cina sebagaimana prolog di atas, selain naif, tak etis, juga sifatnya sangat nisbi. Kenapa? Sekali lagi, azab dan karma itu bukan area manusia, ia mutlak merupkan area Tuhan.
Dengan demikian, sesuai topik ini, kita hanya bisa mengulas variabel kedua dari judul di atas. Adapun basis hipotesanya begini, “Apakah virus korona itu modus peperangan asimetris?”
Tidak boleh dipungkiri, bahwa munculnya virus korona di tengah memanasnya konflik geopolitik antara Cina versus Amerika (AS). Dan publik sangat paham, dua adidaya dimaksud sedang berebut hegemoni di banyak sektor terutama ekonomi, militer dan budaya. Secara naluri, insting para analisis politik global, pengkaji geopolitik, dan lain-lain seketika berasumsi meskipun sumir, “Ah, ini mainan asimetris dari lawan politik Cina, atau justru rekayasa Cina sendiri?”. Repot asumsinya. Tapi, apakah memang demikian adanya? Kita lanjutkan diskusi ini.
Dalam asymmetric warfare atau peperangan nirmiliter, terdapat pola ajeg yang kerap berulang yakni isu – tema/agenda – skema (disingkat ITS). Pola operasionalnya begini, (1) isu ditebar terlebih dulu ke publik dengan maksud selain cipta kondisi/kegaduhan, juga mendalami respon serta membentuk opini publik; (2) kemudian tema atau agenda dijalankan untuk sebuah program, proposal dan seterusnya; dan (3) bila isu dan tema berjalan mulus (direspon publik) maka skema pun dibenam, ditancapkan.