Salah satu indikasi keimanan adalah bahagia.
Ada doa yg sering dipanjatkan oleh Rasulullah dan biasanya selalu diawali dg tawassul (memperbanyak pujian kepada Allah terlebih dahulu) adalah doa ini :
أن تَجعلَ القرآنَ ربيعَ قَلبي ،
1. Ya Allah jadikan quran sbg musim semi bagi hati saya. Bayangkan musim semi. Cuaca nikmat, bunga mekar, begitulah hati yg bahagia bersama quran.
ونورَ صَدري ،
2. Ya Allah jadikan quran sbg cahaya dadaku.
Maka mereka yg sudah mendapat cahaya quran, akan selalu melihat kebenaran. Mana hitam, putih, merah. Begitulah org yg tercahayai oleh quran, jelas melihat mana yg baik dan mana yg buruk.
وجلاءَ حُزْني ،
3. Dan jadikan quran menghilangkan kesedihan yg SEDANG terjadi
وذَهابَ هَمِّي
4. Dan aku mohon padaMu, agar quran menghilangkan kesedihan2 yg BELUM terjadi.
Ini doa ma’tsur (dituntunkan oleh Nabi). Bayangkan jika dpt 4 hal ini. Kita akan jadi pribadi yg “sehat”. Rumah tangga kita sehat. Jika jadi anggot masyarakat maka kita jd anggota masy yg sehat. Sbg aktivis dakwah yg ga ada lelahnya. Dr muda sampai Allah panggil menghadap. Berbilang tahun. Tidak terpancing untuk mangkir dsb.
Kenapa bisa begitu ? Krn dlm dirinya ada alat netralisir lelah urusan dakwah yg bisa menghilangkan gundah gulana.
Di surat At Taubah akhir juz 10 diceritakan. Di zaman Rasulullah pernah terjadi perang tabuk thn 9H, saat itu Islam udah eksis banget. Nah di perang tabuk, semua harus mandiri keluar dari kantong pribadi. Sunduquna juyubuna 100%. Bagi yang tidak punya, suruh pulang dan mereka akhirnya pulang dlm keadaan meneteskan air mata sedih karena tidak bisa ikut berangkat jihad.
Kata Allah : mereka yg sedih, walaupun mereka ga ikut berangkat, sdh Allah catat niat mereka berjihad di jalan Allah. Sdh dpt pahala.
Coba perhatikan. Satunya bahagia bisa berangkat berjihad, satunya sedih gak bisa ikut berjihad. Gak perlu dikritisi golongan ke dua. Pinjam kek, nabung kek, persiapan dari dulu kek. No.
Interaksilah dg quran agar punya alat yg permanen untuk mempertahankan bahagia. Ga gampang dirayu, ga mudah capek ataupun bosan.