Ya, tiba-tiba saja rakyat Afghanistan sepenuhnya hidup dalam kemiskinan. Dan tiba-tiba saja itu dimulai pada sembilan tahun yang lalu, pertama kalinya AS menginvasi negeri ini; jutaan warga Afghanistan hidup dalam kelaparan setiap harinya. Bahkan setelah AS dilaporkan menggelontorkan miliaran dolar untuk proyek pembangunan.
"Di Kabul, orang-orang sekarat karena," kata Abdul Qudus, seorang pria yang berusia empat puluhan yang menjual pakaian bekas di jalanan Kabul, kepada The Independent pada hari Senin kemarin.
Qudus, dengan wajah yang tirus, keluar dari rumahnya pada pagi buta untuk menjual barang-barang, kebanyakan karpet dan pakaian, dalam cuaca yang tidak enak.
"Saya membeli dan menjual pakaian sekitar 10 atau 30 Afghanis (dua sampai enam sen) , namun bahkan (dengan harga semurah itu) ada orang yang terlalu miskin untuk membelinya," ujarnya sambil duduk di sudut jalan.
Sejak AS mengusir Taliban dan menginstalasi pemerintah Hamid Karzai yang didukung Barat, Washington telah menghabiskan $52 juta untuk proyek-proyek rekonstruksi di Afghanistan.
Namun, anggaran besar itu menguap begitu saja, tak satupun mengubah kenyataan pahit bagi jutaan warga di negara yang dilanda perang itu. Sembilan juta warga Afghanistan hidup dalam kemiskinan absolut, dan 5 juta lainnya mencoba bertahan dengan penghasilan $ 43 (atau sekitar Rp 400.000 per bulan).
Sisanya? Hidup dari himpitan ekonomi yang menyesakkan; memilih antara membeli kayu bakar untuk tetap hangat dalam dingin beku atau membeli makanan.
"Saya sendiri sangat miskin," kata Qudus. "Kadang-kadang saya tidak makan sehingga saya dapat memberi makan kepada anak-anak saya."
Afghanistan saat ini menjadi tempat tinggal bagi penduduknya yang tidak memiliki pemanas listrik, atau air yang mengalir.
The US Famine Early Warning Systems Network telah memperingatkan bahwa separuh warga Afghanistan berada dalam kelaparan di musim dingin. Awal bulan ini, Asisten Sekretaris-Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Catherine Bragg mengatakan bahwa 7,4 juta orang Afghanistan tinggal dengan kelaparan dan ketakutan.
Afghanistan saat ini berada di peringkat 155 dari 169 negara di Program Pembangunan Indeks Pembangunan Manusia PBB, yang mengukur kesehatan, pengetahuan, dan pendapatan. (sa/onislam)