“Tanpa ITAR dan sistem peraturan AS lainnya, Eropa mendapat lebih banyak kebebasan dalam siapa yang memasok dengan produk militer,” kata Florent Chauvancy, direktur penjualan Departemen Mesin Helikopter dari pabrikan Prancis Safran.
Jerman dan Prancis tak mau selamanya dibodohi, uang yang beredar dalam perdagangan senjata bukan recehan. Lihat saja bagaimana Amerika bisa hidup dan maju dengan meraup keuntungan dari bisnis senjata.
“Salah satu keuntungan dari produk 100 persen buatan Eropa adalah bahwa data perusahaan ini tetap di Eropa dan tidak jatuh ke tangan negara-negara non-Eropa,” ujar Chauvancy.
Kini Jerman dan Prancis akan memulai hidup baru sebagai negara yang merdeka dari jajahan bisnis senjata Amerika. Mereka berencana memproduksi senjata produksi dalam negeri.
Lain lagi dengan negara di luar Eropa, Mesir misalnya. Raja Militer Afrika ini juga mulai berani melepaskan diri dari jeruji egoisme Amerika. Terbukti, walau mendapat ancaman yang mengerikan dari Amerika, Negeri Firaun tetap nekat melanjutkan kesepakatan pembelian senjata dari rival terberat Amerika, Rusia.
Mesir baru saja memborong jet tempur multiperan Sukhoi Su-35. Tak tanggung-tanggung lebih dari 20 Su-35 yang dibeli Mesir dalam kesepakatan dengan Kremlin. Bahkan, dalam waktu dekat ini lima di antaranya akan segera menjadi keluarga Angkatan Bersenjata Mesir.
Uang yang digelontorkan Mesir untuk memborong jet perang Rusia itu tak sedikit lho, dalam kesepakatan yang ditandatangani kedua belah pihak pada 2019, tercatat angka nominal pembelian Su-35 sebesar lebih dari 2 miliar Dollar Amerika.
Selama proses negosiasi bahkan jauh sebelumnya, Amerika telah nyinyir akan menjatuhkan sanksi kepada Mesir jika sampai benar-benar membeli senjata dari Rusia. Tak cuma sanksi saja, Amerika juga mengancam tak mau lagi memenuhi permintaan Mesi jika di kemudian hari membutuhkan senjata dari Amerika.
Yang lucunya, padahal Amerika lebih banyak mendapatkan uang dari Mesir terkait alat perang. Mesir membeli 43 unit helikopter serbu canggih Apache sebanyak 43 unit, mau tahu berapa harganya? 2,3 miliar Dollar Amerika. Itu belum lagi pesawat tempur lainnya seperti General Dynamics F-16 Fighting Falcon, F-4 Phantoms.
Tak cuma peralatan perang di langit, sebelumnya Mesir juga memborong 500 unit tank berjuluk Raja Perang Darat yakni Tank T-90MS dari Rusia. Kontraknya disepekati pada Juni 2020. Enaknya bagi Mesir, Rusia mau berbagi teknologi agar si pembeli bisa memproduksi sendiri.
Nah sekarang saatnya kita bahas tentang Indonesia. Apakah Indonesia bernasib sama dengan negara-negara lain di dunia dalam hal pengadaan persenjataan untuk memperkuat Tentara Nasional Indonesia?.
Kabar yang masih hangat disoroti ialah tentang nasib rencana Indonesia untuk membelikan TNI alat perang baru sebagai upaya modernisasi ala utama sistem persenjataan atau alutsista demi menjaga wilayah teritorial RI dari sengatan bangsa luar.
Awal tahun 2020, Indonesia sudah ramai diperbincangkan akan segera memiliki penjaga langit baru dari Rusia. Malah yang dibeli Indonesia juga sama dengan Mesir, yakni Sukhoi Su-35.
Hanya ke sini-sini nasib Su-35 itu semakin tak tak jelas. Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal (purn) Prabowo Subianto seperti sedang dihantam badai bimbang dalam mendatangkan Su-35 ke Tanah Air.
Memang sih hingga detik ini belum ada kepastian apakah Indonesia batal mendapatkan Su-35 atau tidak. Tapi ya, yang terbaru Prabowo malah menyurati Menteri Pertahanan Austria dan menyampaikan niat untuk memborong 15 unit jet tempur buatan Eropa, Eurofighter Typhoon.