Seluruh manusia di jagad ini setidaknya pernah mendengar istilah NAZI. Ya, ini merupakan sebuah nama yang amat populer yang merujuk pada nama sebuah partai yang sangat berkuasa di Jerman era Perang Dunia II dengan Adolf Hitler, seorang mantan Kopral, sebagai tokoh tertingginya.
NAZI sebenarnya memiliki nama sebagai Partai Nasional Sosialisme (Nationalsozialismus), merujuk pada sebuah ideologi totalitarian. Dalam bahasa Jerman, nama resminya adalah Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) yang memiliki arti lebih kurang sebagai Partai Buruh Nasionalis Sosialis Jerman. Kata ini juga merujuk pada kebijakan yang dianut oleh pemerintahan Jerman pada tahun 1933—1945, sebuah periode yang kemudian dikenal sebagai Jerman Nazi atau Third Reich. Istilah NAZI bisa jadi berasal dari paham nasionalisme Jerman (Nationalsozialismus). Sampai hari ini orang-orang yang berhaluan ekstrim kanan dan rasisme sering disebut sebagai Neo-Nazi.
Partai NAZI atau NSDAP ini semula bernama Partai Pekerja Jerman (DAP) yang didirikan pada 5 Januari 1919 oleh Anton Drexler. Hitler bergabung dengan partai kecil ini pada bulan September 1919 dan dengan cepat karirnya menanjak menjadi Kepala Bidang Propaganda. Pada 1 April 1920, Hitler mengubah sebutan partai NSDAP menjadi Partai NAZI dan menjadi pemimpin partai pada 29 Juli 1921.
Dilihat dari spektrum ideologi dunia, Nazisme bukanlah sebuah ideologi baru, melainkan sebuah kombinasi dari berbagai ideologi dan kelompok yang memiliki kesamaan pendapat tentang penentangan terhadap Perjanjian Versailes yang dikenakan kepada Jerman setelah kalah perang dalam Perang Dunia I. Perjanjian Versailes ini sangat merugikan Jerman. Hitler sangat percaya, Perjanjian Versailes ini merupakan sebuah konspirasi politik internasional dari kaum Yahudi dan Komunis terhadap bangsa Jerman.
Di masa kepemimpinan Adolf Hitler, Partai NAZI dengan sangat cepat menanjak menjadi sebuah partai politik yang memiliki armada militer terkuat dan terbesar di seluruh Eropa. Di masa kejayaannya, di era Perang Dunia II, NAZI menguasai Austria, Chekoslowakia, Polandia, Denmark, Norwegia, Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Yunani, Yugoslavia, beberapa wilayah negara-negara Afrika, dan yang terakhir Uni Sovyet, walau yang ini tidak dikuasai sepenuhnya karena datangnya musim dingin yang amat menusuk tulang.
Dengan penyerbuan gabungan dari Tentara Amerika dan Soviet dari dua arah berbeda ke jantung Jerman, yakni Kota Berlin, pada bulan April 1945, hal ini pada akhirnya membuat NAZI bertekuk lutut pada 2 Mei 1945, setelah sebelumnya Hitler melakukan bunuh diri bersama isteri yang baru dinikahinya satu hari, Eva Braun, di dalam bunkernya. Kekalahan NAZI Jerman diikuti dengan bertekuk-lututnya Jepang setelah di bom atom Amerika pada Agustus 1945. Perang Dunia II pun selesai dengan kemenangan besar di pihak Sekutu.
Partai NAZI Dilarang
Setelah Jerman dikuasai Sekutu, maka Nazi-isme menjadi sesuatu yang dilarang. Partai Nazi pun dibubarkan dan menjadi partai terlarang. Seluruh simbol-simbolnya menjadi simbol-simbol yang diharamkan keberadaannya di seluruh daerah taklukan Sekutu. Bahkan di saat itu buku pedoman NAZI yang ditulis Hitler berjudul Mein Kamf (Perjuanganku) menjadi buku yang sangat terlarang.
Nasib Partai NAZI di Jerman sesungguhnya mengikuti jejak Partai Fasis di Italia pimpinan Benito Mussolini. Dalam Perang Dunia II, Italia di bawah Mussolini bersekutu dengan Jerman Hitler. Pada April 1945, Italia diserang Amerika dan Soviet. Mussolini sendiri tertangkap dan digantung terbalik di Piazza Loreto, Milan. Sejak kematian Mussolini, Partai Fasis dan ideologinya menjadi sesuatu yang diharamkan di Italia.
PKI Dibubarkan dan Dilarang
Di Indonesia, Bung Karno merupakan seorang pemimpin yang kharismatik. Bersama Hatta, dia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Jum’at pagi, tepat di bulan Ramadhan.
Bung Karno yang mengusung paham nasionalisme ini, di pertengahan 1950-an berupaya merekatkan tiga unsur utama yang ada di Indonesia, yakni Nasionalisme (PNI), Komunisme (PKI), dan Agama (Masyumi). Sejarah telah mencatat bahwa upaya persatuan ini gagal total. Dan pada akhirnya Bung Karno lebih condong kepada PKI hingga sebuah kudeta yang didukung CIA menjatuhkannya dari tampuk kekuasaan di tahun 1965.
Setelah Bung Karno terjungkal dari kursi kekuasaan, Maka PKI sebagai partai pendukung status quo terbesar dibubarkan oleh rezim Orde Baru pimpinan Jenderal Suharto. Dan seperti nasib-nasib partai politik pendukung status quo lainnya seperti Partai Fasis Italia dan Partai NAZI Jerman, selain dibubarkan maka ideologinya pun diharamkan.
Anomali Politik di Indonesia
Presiden Suharto dengan Partai Gokar sebagai partai politik pendukung status quo utamanya menjadi kekuatan yang sangat digdaya di era Orde Baru. Hingga pada akhirnya rakyat menggulingkan Suharto dari kursi kekuasaannya pada bulan Mei 1989. Suharto pun tidak berkuasa lagi.
Namun di Indonesia, era reformasi ini ada anomali politik. Jika di Italia pimpinan Partai Fasis, Benito Mussolini digantung, dan di Jerman, Adolf Hitler sebagai pimpinan Partai NAZI bunuh diri, dan di Indonesia Sukarno juga dibunuh (secara medik) sehingga menemui ajal, maka di Indonesia, Suharto aman-aman saja, bahkan dilindungi keberadaannya oleh negara hingga detik ini.
Jika di Itali Partai Fasis dibubarkan, di Jerman Partai Nazi dilarang, dan di Indonesia dulu Partai Komunis Indonesia (PKI) dibubarkan dan dilarang, maka Partai Golkar sekarang ini pun aman-aman saja sampai sekarang. Seolah-olah partai ini bersih dari segala kejahatan Suharto selama 32 tahun lalu atas bangsa dan negara ini.
Seharusnya, nasib partai pendukung status quo di manapun berada adalah sama: dibubarkan dan dilarang. Bisa jadi, karena reformasi di Indonesia merupakan reformasi bohong-bohongan—walau menelan korban jiwa rakyat Indonesia betulan—maka nasib Partai Golkar pun terselamatkan. Bisa jadi, jika reformasi betulan terjadi di sini, maka nasibnya akan sama dengan yang lainnya. (Rizki Ridyasmara)