Negara harus menghadirkan gerakan yang menyentuh hati nurani dan sadar, seperti yang terjadi di Berlin pada 1 Agustus yang mampu memobilisasi 1,3 juta orang. Mereka melakukan aksi Demo Perdamaian – protes terhadap Jerman – dan kediktatoran pemimpin-pemimpin dunia yang melakukan tindakan represif di luar hukum dan konstitusi, lockdown (penguncian) – dan tindakan-tindakan represif penghancuran sistem pendukung kehidupan fundamental manusia.
Bahkan suara-suara dari para dokter, misalnya Sucharit Bhakdi dalam bukunya, Corona, False Alarm, memaparkan bagaimana bagaimana Covid-19 sebenarnya tidak lebih buruk dari virus flu biasa, dan bagaimana penguncian justru menyebabkan lebih banyak kesulitan daripada penyakit itu sendiri.
Ada lebih banyak lagi dokter yang juga angkat suara menyerukan agar negara mereka dan dunia memikirkan kembali strategi Covid-19 mereka. Mereka sangat efektif di Eropa. Ini termasuk petisi yang ditandatangani oleh 2662 dokter dan praktisi medis di Belanda, konferensi publik yang terdiri dari 400 dokter di Spanyol, Komite Penyelidikan Ekstra-Parlemen Corona yang terdiri dari sekitar 500 Dokter dan ilmuwan di Jerman, dan surat publik dari Belgia yang ditandatangani oleh lebih dari 1500 orang di komunitas medis dan ilmiah. Sayangnya, orang-orang ini tidak bisa mendapatkan suara mereka di media arus utama.
Juga, Docs 4 Open Debate sebuah komunitas yang terdiri dari para dokter dan profesional kesehatan di Belgia bermaksud menuntut analisis yang lebih kritis tentang perang melawan pandemi, dan kebebasan untuk mengekspresikan posisi mereka di media arus utama. Mereka membuat surat terbuka untuk tujuan ini yang sejauh ini telah ditandatangani oleh 515 dokter dan 1767 profesional kesehatan terlatih.
Sekali lagi, semua ini, seperti yang mungkin belakangan kita sadari, tidak ada hubungannya dengan Covid-19, tidak ada hubungannya dengan virus. Virus ini hanyalah ide cerdas untuk menggunakan musuh yang tidak terlihat untuk menanamkan rasa takut, di seluruh dunia, oleh elit yang sangat kecil, sangat kaya dan secara psikis haus kekuasaan untuk membuat seluruh penduduk dunia bertekuk lutut. Ketakutan yang melenyapkan sistem kekebalan manusia dan dapat menyebabkan berbagai penyakit yang jauh lebih buruk daripada Covid-19, termasuk kanker, penyakit koroner, diabetes – dan banyak lagi.
Lihatlah bagaimana tekanan, pemerasan, korupsi, dan ancaman langsung harus ditanggung oleh 193 pemerintah dunia untuk bertindak serempak, bersamaan dengan penguncian dan tirani, telah menghancurkan sistem sosial ekonomi mereka sendiri. (end)
Sudarto Murtaufiq, peneliti senior Global Future Institute (GFI)