Ketika Menteri Luar Negeri AS, Hillary Rodham Clinton menuduh Iran berusaha untuk memicu konflik baru di Timur Tengah, Arab dan negara-negara Muslim pertama-tama harus mempertimbangkan Sultan Selim di tahun 1512. Selim mengambil kekuasaan dengan menggulingkan ayahnya dan membunuh saudara-saudara dan keponakannya untuk menghilangkan kemungkinan takhta jatuh ke tangan orang lain.
Meskipun ia adalah seorang politikus yang terampil, Selim sangat menyukai pertempuran dan piawai menghasut perang. Selim, yang menaklukkan Kekaisaran Safawi di Persia, terkenal dengan Syiahnya. Dia kemudian menyerang dan mengalahkan daerah Islam lainnya dan kerajaan di seluruh Suriah, Palestina, Mesir, dan Afrika Utara.
Karena hal itu, ia dikenal sebagai Selim yang bengis. Selim dikisahkan membantai sesama Muslim, sesuatu yang dilarang oleh Quran yang suci. Ia mengontrol kekayaan dan gandum Mesir dan semua kekayaan di Mediterania timur yang berupa rempah-rempah, tekstil, dan permata. Apa yang dilakukan Selim menimbulkan kemarahan yang besar, bahkan membuat perpecahan antarwilayah Islam dan antara Muslim.
Dengan budaya sejarah dan masyarakat yang kaya itu, dan dengan sumber daya mereka, usaha bisnis dan lokasi regional, Islam dan Muslim sesungguhnya bisa menjadi salah satu blok politik, ekonomi dan sosial yang paling tangguh di abad ke 21. Sayangnya, beberapa orang malah telah melapangkan jalan Barat untuk membagi dan menaklukkan dan untuk melemahkan persatuan Islam. Beberapa juga membiarkan diri mereka menjadi rentan terhadap senjata dan perjanjian militer, dan menjadi tergantung pada ekonomi Amerika Serikat. Negara-negara Islam lain dan daerah yang masih belum pulih dari Perang Dingin dan dekolonisasi, dan oleh karena itu selalu menampilkan ketakutan dan ketidakpercayaan.
Jika Arab dan Muslim menjamin perdamaian yang adil, mereka harus melupakan Sindrom Selim Si Bengis dan aksiomanya: "Sebuah Karpet cukup besar untuk menampung dua sufi, tetapi dunia tidak cukup besar untuk dua raja." Baru-baru ini diadakan perundingan antara Turki, Iran dan Amerika Serikat (Iran dan Amerika Serikat! bagaimana bisa?), Rusia, Cina, Inggris, Prancis, dan Jerman. Apa ini? Sesungguhnya, Selim bisa berlaku seperti itu juga tidak lepas dari sokongan penuh dari pihak eksternal.
Ketika seseorang mempertimbangkan negara-negara Uni Emirat Arab, Oman, Qatar, Yaman, Arab Saudi, Suriah, Yordania, Kuwait, Irak, Iran, Pakistan, Afghanistan, Mesir, Indonesia, dan banyak lainnya di Afrika dan bagian lain dari dunia yang sangat dipengaruhi oleh orang-orang Arab dan Islam, bangsa-bangsa tersebut dan pemimpin mereka dan masyarakat dapat memanfaatkan momen bersejarah ini.
Saat ini tengah terjadi momen bersejarah, dalam arti bahwa, kekuatan AS dan Barat menurun, beberapa di antaranya bahkan di ambang keruntuhan. Dalam vakum politik dan ekonomi, sebuah organisasi baru dan lebih memberi hidup dan kehidupan bisa muncul. Alih-alih menghancurkan sindrom yang telah menyebabkan perpecahan dan pertumpahan darah, orang Arab dan orang Islam mungkin dapat menawarkan obat baru. Sebuah obat yang mendorong penyembuhan dan vitalitas melalui persatuan Islam. (sa/worldnews)