Munculnya Pitung jelas merupakan hal yang didambakan rakyat kecil. Rakyat mulai berani menghadapi para Centeng-centeng yang dibayar para Tuan tanah China, memang tidak semua Tuan tanah china yang bersikap seperti ini, namun jumlahnya tidak banyak, itupun mereka pada akhirnya harus loyal kepada Penjajah ketimbang kepada rakyat. Tidak jarang bentrok fisik sering terjadi antara rakyat dengan para centeng-centeng penghianat pribumi yang dibayar murah ini acap kali terjadi. Rakyat kecil yang merupakan penduduk asli Betawi tidak jarang selalu dihadapkan dengan pribumi yang didatangkan dari beberapa daerah. Politik devide et impera benar-benar dijalankan penjajah dan tuan tanah china.
Kondisi demikian segera bisa dibaca Pitung. Merekapun kemudian terus melakukan perlawanan dan tekanan-tekanan kepada para centeng dan tuan tanah China. Perkelahian sering tidak terhindarkan, Namun dari beberapa perkelahian tidak ada satupun yang bisa mengalahkan Pitung. Hal ini tentu semakin membuat marah para tuan tanah china, sehingga merekapun kemudian meminta bantuan kepada penjajah untuk mengatasi perlawanan Pitung, terlihat jika para tuan tanah ini sangat ketakutan akan sepak terjang para Mujahid Jayakarta ini.Selain perlawanan fisik, Pituan Pitulung, KH Naipin juga mengadakan hubungan komunikasi politik dengan tokoh-tokoh Islam yang saat itu banyak yang simpati terhadap gerakan ini.