Ternyata sejak zaman shahabat, kota Istanbul yang dahulu bernama Konstantinopel sudah diincar oleh para shahabat. Salah satu buktinya, di sini terdapat makam seorang shahabat nabi SAW yang saat itu berwasiat agar dikuburkan di negeri Islam terjauh di dekat negeri musuh. Kami berkesempatan di sela-sela kesibukan mengikuti acara untuk shalat di masjid dekat makam Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu.
Saat pasukan shahabat sedang berupaya untuk merebut Konstantinopel tahun 52 Hijriyah, Abu Ayyub Al-Anshari termasuk ikut di dalam operasi tersebut. Namun beliau termasuk korban yang terluka parah.
Datanglah panglima pasukan, Yazid bin Mu’awiyah menjenguknya dan bertanya, "Adakah permintaan Anda, wahai Abu Ayyub?" Abu Ayyub kemudian berwasiat agar jasadnya nanti diangkut dengan kudanya untuk dibawa ke tempat sejauh mungkin di negeri musuh dan agar dikuburkan jasad itu di sana.
Jadi di zaman shahabat, batas inilah pasukan muslim dapat mencapai wilayah terjauh, meski kota Konstantinopel sendiri masih belum dapat direbut oleh pasukan muslimin.
Riwayat Abu Ayyub Al-Anshari
Beliau bukan penduduk Makkah sehingga beliau bukan termasuk orang yang pertama kali masuk Islam. Namun ketika Mush’ab bin Umair datang ke Madinah membawa dakwah Islam, beliau termasuk orang yang pertama kali menyatakan diri masuk Islam.
Bahkan beliau termasuk dalam daftar warga Madinah yang ikut dalam Bai’at Aqabah di dekat Makkah.
Saat Rasulullah SAW kemudian berhijrah ke kota itu, tempat menginap pertama kali adalah di rumah Abu Ayyub Al-Anshari, sebelum rumah dan masjid Nabawi selesai didirikan. Saat itu penduduk Madinah berebutan ingin agar nabi singgah di rumah mereka, lalu Rasulullah SAW mengundi dengan cara membiarkan untanya berjalan sendiri di kota Madinah.
Ikut Semua Operasi Jihad
Tercatat dalam sejarah bahwa Abu Ayyub Al-Anshari selepas masuk Islam, tidak pernah absen mengikuti semua bentuk operasi jihad. Beliau ikut perang Badar, Uhud, Khandaq dan semua perang lainnya.
Abu Ayyub Menolak Fitnah Terhadap Aisyah
Saat semua shahabat nabi di Madinah gempar karena berita negatif tentang diri Aisyah ra, Abu Ayyub Al-Anshari dan isterinya adalah orang yang selamat dari fitnah itu.
Isterinya bertanya kepadanya, "Apakah kamu tidak mendengar omongan orang tentang Aisyah?" Abu Ayyub menjawab, "Ya, saya dengar. Dan semua itu adalah bohong. Apakah kamu wahai Ummar Ayyub termasuk yang melakukannya (menuduh Aisyah)?" Isterinya menjawab, "Demi Allah, aku tidak pernah melakukannya." Abu Ayyub berkata, "Aisyah jauh lebih baik dari kamu, demi Allah." Isterinya menjawab, "Benar."
Dan hal itu menjadi salah satu sebab turunnya ayat Al-Quran yang membela nama baik Aisyah, di mana ada sebagian shahabat nabi yang mengatakan bahwa berita miring tentang Aisyah adalah semata-mata kebohongan.
لولا إذْ سمعتُموه ظنّ المؤمنون والمؤمنات بأنفسهم خيراً ، وقالوا هذا إفكٌ مُبين
Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mu’minin dan mu’minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan berkata, "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata. " (QS. An-Nuur: 12)
Doa Nabi kepada Abu Ayyub Al-Anshari
Beberapa shahabat nabi SAW ada yang didoakan secara khusus, misalnya Ibnu Abbas ra. Beliau didoakan agar agar menjadi ahli fiqih dan tafsir: Allahumma faqqihhu fiddin wa ‘allimhhut ta’wil.
Khusus untuk Abu Ayyub, Rasulullah SAW pernah mendoakannya secara khusus, yaitu saat Rasulullah SAW menikahi Shafiyah saat perang Khaibar atau perang lainnya, Rasulullah SAW melewati malamnya di dalam tenda bersama isterinya.
Dan Abu Ayyub radhiyallahu anhu juga tidak tidur malam itu berjaga-jaga di luar tenda. Ketika ditanya oleh Rasulullah SAW, "Ada apa wahai Abu Ayyub?" Beliau menjawab, "Saya mengkhawatirkan keselamatan diri anda dari wanita ini. Sebbab diapernah membunuh ayahnya, suaminya dan kaumnya pamannya. Dan dia baru saja masuk Islam. Maka saya mengkhawatirkan keselamatan Anda."
Maka Rasulullah SAW menjawab, "Ya Allah, jagalah dan lindungilah Abu Ayyub sebagaimana dia bergadang menjagaku."
Itulah sekilas tentang Abu Ayyub Al-Anshari, pahlawan muslim yang tidak pernah absen dari tiap peperangan, bahkan jasadnya dimakamkan di batas paling jauh wilayah yang telah berhasil ditaklukkan oleh pasukan muslim.
Tentu posisi makamnya ini akan menjadi saksi di hari kiamat nanti, bahwa dirinya adalah orang yang telah berjihad di jalan Allah SWT dan mati dalam syahadat fi sabilillah. Tidak cukup hanya dengan darah dan luka yang mematikan, bahkan negeri tempat dimakamkannya pun akan menjadi saksi bahwa dia telah menyerahkan jiwanya kepada Allah SWT.
Semoga kita dapat menjadi orang yang berjalan di belakangnya dan meniru langkah jihadnya, Amien (ust)