Eramuslim.com – Ada lima poin temuan atas Tragedi Pembakaran Masjid di Tolikara, Papua, pada Jumat (17/7) yang ditemukan Tim Pencari Fakta Komite Umat (Komat) untuk Tolikara. TPF Komat Tolikara yang diketuai Ustaz Fadzlan Garamatan telah menyelesaikan tugasnya melakukan investigasi di Tolikara sejak 22 hingga 29 Juli.
TPF Komat Tolikara berkesimpulan: tragedi tersebut bukanlah kasus kriminal biasa, juga bukan kasus yang terjadi secara spontan. “Namun ditengarai ada upaya menciptakan dan mengusik kehidupan beragama secara sistematis. Faktanya: massa yang mengepung jamaah solat Id berasal dari tiga titik dan ada suara-suara yang mengomando penyerangan,” kata Ustaz Fadzlan Garamatan di Jakarta, Jumat siang (31/7).
Menurut penilaian TPF Komat Tolikara: tragedi tersebut juga termasuk dalam pelanggaran hak asasi manusia berat. Alasannya, Gereja Injili di Indonesia (GIDI) menghalangi umat beragama lain (umat Islam) untuk melakukan ibadah dan menjalankan ajaran-ajaran agamanya. Atas hal itu, TPF berkesimpulan Presiden GIDI Pendeta Dorman Wandikbo patut dijadikan tersangka, karena tidak mengindahkan dan abai terhadap peringatan yang dilakukan oleh kapolres, sehingga insiden yang melukai umat muslim pada Idul Fitir 1436 Hijriah itu terjadi. “Faktanya, massa Gereja Injili di Indonesia yang berkumpul telah melakukan teror dengan melakukan pelemparan, baik secara langsung kepada jamaah solat Id maupun dengan melemparkan batu ke atap seng kios yang membuat suara gaduh untuk membubarkan solat Id,” tutur Ustaz Fadzlan.
Pembakaran masjid juga, katanya, dimulai dari rumah Ketua DKM Masjid Baitul Muttaqin, Sarno, yang jaraknya terhitung sangat dekat dengan masjid, yang hanya 20 meter. Selain itu diketahui pula bahwa tanah yang di atasnya berdiri Masjid Baitul Muttaqin memiliki sertifikat resmi. “Ini mematahkan anggapan bahwa masjid ini berdiri di atas tanah ulayat,” kata Ustaz Fadlan.
Sebelumnya, lewat aplikasi WhatsApp, Ustaz Fadzlan Garamatan mengatakan ada hikmah di balik tragedi tersebut, lewat tulisan yang ia beri judul “Terima Kasih, GIDI”. Berikut tulisan lengkapnya.
“Atas ulah kalian, kami jadi tahu nama Tolikara yang sebelumnya sama sekali kami tak tahu-menahu.
“Atas ulah kalian, kami jadi tahu bahwa di Tolikara ada masjid yang sudah berdiri puluhan tahun yang lalu.
“Atas ulah kalian, kami jadi tahu ada ribuan muslim di Tolikara.
“Atas ulah kalian, kami jadi tahu ada perda aneh di Tolikara yang sangat diskriminatif terhadap Islam dan kaum muslimin.
“Atas ulah kalian, kami jadi tahu bahwa Australia dan Israel ternyata sudah menancapkan kuku hitamnya di Bumi Cenderawasih.
“Atas ulah kalian, kami jadi tahu bahwa perkembangan dakwah Islam di Papua secara umum dari hari ke hari terus menggembirakan.
“Atas ulah kalian, kami jadi tahu data sebenarnya jumlah total kaum muslimin di Papua sana adalah 40% , populasi yang cukup membalikkan asumsi kebanyakan orang selama ini bahwa Papua hampir identik Kristen atau diklaim Kristen.
“Atas ulah kalian, kami dari berbagai penjuru, bukan hanya negeri ini tapi seluruh dunia, dan dari berbagai latar belakang jadi tergerak rasa solidritasnya untuk lebih berperan terhadap nasib saudara kami di sana.
“Atas ulah kalian, kami jadi yakin bahwa masjid yang dibakar akan dibangun kembali yang lebih bagus dan lebih megah.
“Atas ulah kalian, kami jadi yakin bahwa dakwah Islam di sana akan makin marak dan masif, bahkan pesantren akan segera berdiri.
“Atas ulah kalian, mata dunia mulai terbuka bahwa anggapan tentang teroris itu di identikkan dengan Islam adalah keliru.
“Terima kasih, terima kasih, dan terima kasih.
“Kami menunggu kalian semua jamaah GIDI dalam damai kasih Islam.
“Kami berharap tak lama lagi kami bisa menjadi imam solat di sana, berceramah, dan melantunkan azan lima waktu di sana.
“Terima kasih, Islam akan jaya di Papua Nuu Waar
“Terima kasih, tak lama lagi, insya Allah Papua Nuu Waar identik dengan Islam.
“Terimakasih, Allahu Akbar.”(rz/pribuminews)