Eramuslim.com – Perusahaan konsultan politik asal Inggris, SCL Group, mengklaim terlibat dalam proses reformasi 1998 di Indonesia yang menumbangkan rezim Suharto.
SCL Group, perusahaan induk Cambridge Analytica, mengatakan mereka datang ke Indonesia atas permintaan kelompok pro demokrasi di Tanah Air untuk membantu reformasi politik dan demokratisasi di Indonesia. Informasi itu terungkap dari dokumen perusahaan diperoleh portal berita asal Amerika, Quartz.
Dokumen yang dibuat pada 2013 itu juga menyoroti peran SCL Group di Thailand.
SCL kemudian berubah menjadi Cambridge Analytica (CA) yang baru-baru ini terungkap terlibat skandal pencurian lebih dari 50 juta data pengguna Facebook untuk memenangkan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat pada pemilu 2016 lalu. CA bekerja dengan metode sedemikian rupa yang bertujuan mempengaruhi pemilih lewat sejumlah kanal digital di dunia maya. Berdasarkan dokumen internal perusahaan, kemampuan CA ini rupanya sudah pernah diujicoba dan dipraktikkan lebih dari satu dekade silam dalam dinamika perpolitikan di negara Asia Tenggara, seperti Indonesia. Secara total SCL mengklaim pernah beroperasi di lebih dari 100 pemilu di 32 negara, seperti dilansir laman Quartz, Kamis (29/3).
Dalam dokumen ini dikatakan, sewaktu di Indonesia, perusahaan konsultan politik asal Inggris ini bertugas membuat survei terhadap ribuan warga Indonesia, menjalin komunikasi dengan para politisi, dan menggelar unjuk rasa di sejumlah kampus untuk membantu para mahasiswa.
Di tengah kerusuhan 1998 selepas Suharto jatuh, SCL bekerja di masa pemerintahan BJ Habibie.
“Dari hasil studi diketahui kelompok usia kampus memicu kerusuhan dan sebaliknya angkatan lebih tua sudah muak dengan kondisi penindasan sejak lama. Alhasil, operasi SCL fokus kepada kelompok usia 18-25 tahun untuk mengalihkan rasa frustrasi mereka untuk melakukan kerusuhan,” demikian yang tertulis dalam dokumen SCL.