Pertama, revolusi Mesir telah berhasil karena berbagai alasan. Di antaranya karena dimulai dari rasa sakit rakyat Mesir dan penderitaan mereka. Menurut penelitian akademi adalah hasil kebijakan ekonomi terbuka yang menguntungkan kalangan tertentu dari para pengusaha dan perusahaan-perusahaan atas kemaslahan mayoritas.
Penderitaan sosioekonomi inilah yang menjadi bahan bakar kemarahan para pemuda yang telah membuktikan kepada dunia bahwa umat masih hidup, mampu mengadakan perubahan dan mengarahkan kapal perubahan di laut yang penuh dengan gelombang konspirasi internasional dan intervensi untuk mempengaruhi dan membentuk masa depan negara-negara Arab dan Islam dengan perencanaan eksternal seperti yang terjadi di Irak, yang hancur karena interfensi pihak luar, dan terjadilah apa yang terjadi di dalamnya karena banyak alasan.
Antara lain karena perubahan tidak terjadi dari dalam melalui revolusi rakyat, tetapi datang melalui tank-tank AS pada tahun 2003, setelah bertahun-tahun panjang Irak diembargo dan masa kediktatoran yang lama.
Kedua, revolusi meyakinkan bahwa rakyat Mesir lebih kuat dari diktator mana pun. Rakyat Mesir adalah rakyat yang mempunyai peradaban yang membentang sejak ribuan tahun yang dimulai dari masa Fir’aun, Qibthi (golongan Kristen) bahkan pengaruh peradaban Yunani dan Romawi pun berasimilasi di Mesir sebelum terbentuknya budaya dan peradaban Arab dan Islam di Mesir.
Rakyat Mesir telah melawan perangkat keamanan negara mereka yang termasuk di antara perangkat keamanan terbesar di dunia karena terdiri dari 1.5 juta unsur. Revolusi Mesir ini merupakan hasil dari kepintaran dan kepemimpinan kolektif dari masyarakat Mesir. Dan hal ini lah yang berperan di dalam menjaga (mengawal) hasilnya daripada diculik setelah pencapaian tujuan pertamanya.
Kecerdasan kolektif ini dipelopori oleh generasi yang disebut dengan kalangan menengah dari para pelajar di berbagai macam disiplin ilmu di dalam pemerintahan dan sektor swasta, bahkan dari orang-orang yang belajar dan bekerja di luar negeri. Kalau begitu, apa yang dihasilkannya yaitu perubahan di dalam pemikiran kalangan menengah ini yang telah lulus dari universitas-universitas selama 3 dekade yang lalu. Terlebih dengan jumlah populasi rakyat Mesir yang terus naik dari 45 juta warga pada tahun 1980 menjadi 80 juta lebih pada tahun 2010.
Ketiga, faktor lainnya, keberhasilan Revolusi Mesir ini disebabkan oleh persatuan antara kelompok dan kekuatan politik di Mesir, yang berfokus pekan lalu di bawah kepemimpinan dari apa yang dikenal sebagai "Koalisi Pemuda Revolusi," karena semua kekuatan politik ini berusaha untuk mensukseskan revolusi ini sebagai “image revolusi kerakyatan,” karena apabila dibuat di bawah kepemimpinan politik yang terpisah-pisah, sudah barang tentu hal ini akan dimatikan oleh pemerintah sejak pertama kali muncul.
Tetapi tulang punggung revolusi ini adalah aktivis muda dari gerakan yang berbeda. Beberapa dari mereka tanpa ideologi dan ada juga yang berideologi, yang menggerakan sendi tubuh masyarakat Mesir, yang meletus dan menciptakan sebuah revolusi yang jarang terjadi dalam sejarah, yaitu ketika hampir sepuluh juta dan mungkin lebih dari sepuluh juta orang dalam satu hari atau 10% dari penduduk Mesir (turun ke jalan).
Koalisi Pemuda Revolusi ini terdiri dari : Pemuda Gerakan 6 April, Pemuda untuk Keadilan dan Kebebasan, Pemuda Ikhwanul Muslimin yang ditangkapi rezim yang lalu (Rezim Hosni Mubarak) sekitar 30 ribu orang selama sepuluh tahun yang lalu, Pemuda Kampanye Kerakyatan untuk Mendukung ElBaradei, Partai Front dan para independenwan yang muncul di jejaring social di internet.
Sudah barang tentu semua ini terjadi atas dukungan dari para pemuda partai politik Mesir lainnya yang sudah ada atau yang sudah melemah di era mantan Presiden Mubarak dan sejumlah gerakan lain sebagai gerakan "kecukupan" dan "Asosiasi Nasional untuk Perubahan." Dan partai lain di antaranya Al-Wafd dan At-Tajammu dan An-Nashiri.
Keempat, faktor lain menurut penelitian Institute for Social Research di Viktoria Australia yaitu erosi yang memakan legitimasi Negara dan institusinya, legislative, eksekutif dan keamanan yang menghilangkan kepercayaan dalam hati jutaan rakyat Mesir terhadap isnstitusi ini dan mendorong mereka untuk berdemonstrasi, oleh karena itu, ketika tentara turun ke jalan-jalan disambut oleh rakyat sebagai jaminan terakhir dari institusi Negara untuk keluar dari dilemma ini.
Perkembangan Wacana Tuntutan Revolusi
Revolusi telah menghilangkan hambatan utama bagi kemajuan rakyat Mesir, dengan runtuhnya pemerintahan Presiden Mubarak dan pernyataan pertama kalinya setelah kurang dari satu jam jatuhnya Mubarak yang merupakan harapan rakyat Mesir untuk masa yang akan datang.
Hal yang penting, kita harus membaca pernyataan yang telah disiapkan di tenda pimpinan Koalisi Pemuda Revolusi di alun-alun At-Tahrih, dan suasana pertemuan penting tersebut disiarkan oleh Al-Jazeera, dan yang dihasilkan dari diskusi para pemuda ini, yaitu sebuah pernyataan yang dibacakan di Al-Jazeera oleh Wakil Ketua Dewan Presiden, Muhammad Fuad.
Sesudah itu, kemudian teks tersebut diserahkan kepada pimpinan militer yang sekarang dijadikan sebagai mitra rakyat di dalam menyelesaikan revolusi ini. Teks pernyataan tersebut berbunyi, "Kami adalah rakyat Mesir, pemilik kedaulatan atas wilayah, nasib serta kekayaan kami yang telah diambil alih kembali dengan revolusi 25 Januari, revolusi rakyat, sipil dan demokrasi, dan pengorbanan para martirnya.
Dan setelah keberhasilan revolusi untuk menggulingkan rezim yang korup dan para pemimpinnya, kami mengumumkan kelanjutan dari revolusi damai ini sampai kemenangan dan pencapaian tuntutannya :
Pertama, pencabutan keadaan darurat segera,
Kedua, pembebasan segera semua tahanan politik,
Ketiga, pencabutan Konstitusi yang ada dan perubahannya,
Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir su Konstitusi sudah mebekukan Konstitusi Mesir. Pada hari Senin (14/2) terbentuklah sebuah komite untuk mengamandemen konstitusi negara Mesir di bawah pimpinan Kanselir dan pemikir Islam Tariq Al-Besyari dan Sobhi Saleh, seorang anggota blok parlemen dari Ikhwanul Muslimin di Parlemen Mesir tahun 2005, serta Doktor Atef Al-Banna, seorang profesor hukum konstitusi dan para Kanselir dari Pengadilan Agung Konstitusi, dan Hassanein Abdel-’Al dari Universitas Kairo, dan Mohamed Bahi Younis dari Universitas Aleksandria dan Kanselir Mahi Sami Wakil Presiden Agung Mahkamah Konstitusi dan lain-lainnya.
Komisi ini akan terus bekerja selama sepuluh hari ke depan untuk mengamandemen pasal-pasal dari Konstitusi terkait dengan reorganisasi sistem politik dan pemilu. Tentara Nasional Mesir telah berjanji akan mengatur proses referendum atas amandemen Konstitusi ini dalam jangka waktu dua bulan, sebagai langkah awal dari kekuasaan sipil yang demokratis).
Keempat, pembubaran Majelis Rakyat, Majelis Syura dan Dewan Legislatif lokal, ( Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir benar-benar telah membubarkan Majelis Rakyat dan Dewan Syura) .
Kelima, pembentukan majelis pemerintahan presidensial yang transisi yang terdiri dari lima anggota, termasuk tokoh militer, dan empat tokoh dari sipil yang diakui untuk patriotisme mereka dan disetujui oleh semua, dengan catatan untuk setiap anggota tidak berhak untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pertama yang akan datang.
Keenam, membentuk pemerintahan transisi yang terdiri dari kompetensi dan independen nasional, tidak termasuk aliran politik atau partisan yang mengurus urusan negara dan penyedia bagi penyelenggaraan pemilihan umum yang bebas dan pemilihan yang adil pada akhir masa transisi untuk jangka waktu tidak lebih dari sembilan bulan, dengan catatan tidak boleh anggota dari pemerintahan transisi ini mecalonkan diri sebagai presiden atau anggota dewan di pemilu legislatif dan presiden pertama nanti.
Ketujuh, membentuk susunan dewan kepengurusan inti “Jam’iyyah Ta’sisiyyah” untuk pengembangan konstitusi demokratis yang baru sesuai dengan konstitusi demokratis tertua dan perjanjian internasional hak asasi manusia, dan direferendumkan ke rakyat dalam waktu tiga bulan dari deklarasi pembentukan susunan dewan kepengurusan.
Kedelapan, kebebasan untuk membentuk partai politik berdasarkan dasar-dasar sipil, demokratis dan damai, tanpa syarat atau kualifikasi.
Kesembilan, peluncuran kebebasan pers dan pertukaran informasi.
Ksepuluh, peluncuran kebebasan untuk mengorganisir semua jenis serikat dan organisasi masyarakat sipil.
Kesebelas, pembatalan semua pengadilan militer dan luar biasa dan semua putusan-putusan yang dikeluarkan oleh mahkamah terhadap rakyat sipil.
Keduabelas, akhirnya, kami rakyat Mesir memohon dari Tentara Nasional Mesir yang berbakti sebagai generasi dari rakyat yang besar ini yang menjaga darah rakyat dan menjaga keamanan dalam negeri dalam revolusi besar untuk mengumumkan adopsi penuh dari semua keputusan dan tuntutan revolusi dan bergabung secara totalitas dengan rakyat. "
Data pergerakan dan tren politik telah menyebar, memperlihatkan perkembangan wacana revolusi Mesir. Di dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada tanggal 14 Februari 2011 oleh koalisi para pemuda revolusi yang memfokuskan demonstrasi mereka untuk 3 tuntutan lainnya, yaitu : (1) pembubaran partai nasional yang berkuasa sebelumnya yang kantor pusatnya telah banyak dibakar oleh para demonstran, bahkan website-nya tidak aktif lagi, (2) penghapusan perangkat Investigasi Keamanan Negara, dan (3) penghapusan undang-undang kepartaian sekurang-kurangnya dalam jangka waktu sepuluh hari dan penyusunan undang-undang baru sekurang-kurangnya dalam jangka waktu satu bulan.
Selain 15 tuntutan tersebut yang ditegaskan juga oleh Ikhwanul Muslimin dan akan segera akan menyusul pengumuman tentang partai politik, ternyata ada yang menuntut agar kasus-kasus korupsi dan kasus-kasus administrasi di semua sektor segera diusut dan diungkap dan semua kasus tersebut dibawa ke meja hijau. Juga ada tuntutan agar segera dilakukan investigasi atas para penyerang/penembak yang menewaskan sebagian demonstran dan ratusan demonstran lainnya hilang selama satu bulan terakhir ini.
Pertanyaan Masa Depan Mesir
Sesungguhnya revolusi ini telah mencapai bagian pertama dari tujuannya dan menang atas kemauan kekuatan-kekuatan luar (asing) yang ingin mempertahankan rezim yang digulingkan. Walaupun rezim itu menjadi rezim penerima bantuan militer AS kedua terbesar di dunia setelah Israel.
Tetapi untuk membangun apa yang telah dihancurkan selama dekade terakhir ini perlu perjuangan yang berlanjut, dan jalan menuju pencapaian mimpi-mimpi revolusi masih berduri dan banyak tantangannya. Karena tujuan menjatuhkan rezim telah menyatukan semua kekuatan politik.
Apakah perhatian dan agenda nasional akan tetap di atas semua kepentingan pribadi, partisan dan politik sampai Mesir mencapai daratan yang aman yaitu sistem yang adil agar rakyat bisa hidup dalam keadaan aman, sejahtera dan memiliki stabilitas. Atau perbedaan akan merembes ke barisan revolusioner dalam hal bagaimana mengarahkan revolusi ini di minggu dan bulan-bulan mendatang.
Dan ada kekhawatiran bahwa revolusi ini akan dipalingkan oleh pihak asing atau lokal dari tujuan utamanya dengan dipetiknya buah atau hasil revolusi ini oleh pemimpin politik yang tidak mengindahkan aspirasi rakyat. Oleh karena itu, tokoh-tokoh demonstran berkata kepada rakyat Mesir untuk tetap waspada, karena revolusi mereka ini baru mencapai tujuan pertamanya saja.
Para pemuda revolusi ini merasa khawatir bahwa kegembiraan rakyat Mesir akan dihancurkan dengan lambatnya revolusi ini atau tidak tercapainya tujuan revolusi yang tuntutan tersebut. Rasa khawatir bahwa revolusi ini akan diculik, sehingga mendorong para pemuda membentuk Majelis Rakyat Sementara atau Majelis Koordinasi Penggerak Revolusi yang mewakili semua kalangan yang berperan di dalamnya. Dan tentara akan menulis sejarah baru apabila mereka merespon semua tuntutan ini dan melaksanakan sepenuhnya.
Revolusi Mesir masih terancam gagal jika tidak tercapai tujuannya sebagaimana dikatakan oleh tokoh-tokoh demonstran. Dan rakyat Mesir yang telah meledak kekuatannya dengan semangat yang tinggi mampu untuk bergerak lagi. Karena semangat ini kembali hidup di hati rakyat Mesir, dan semangat ini akan menjaga keberlangsungan revolusi ini, yang nantinya akan terlihat kembali di dalam kebangkitan ekonomi yang ditunggu-tunggu.
Dua sistem di dunia Arab telah berubah dan ada yang lain sedang dalam proses perubahan, Hal ini terjadi setelah negara-negara Barat dan Timur sudah lama menggunakan satu pola dari situasi perpolitikan dengan sekutunya di dunia Arab.
Tapi Dunia mau tidak mau (terpaksa) harus memikirkan sebuah metode baru dalam berinteraksi untuk menghadapi gelombang demokrasi dan kebebasan baru di dunia Arab. Di antara negara-negara yang konsen terhadap situasi di Timur Tengah, yaitu Eropa dan Amerika Serikat.
Amerika Serikat, yang sangat konsen terhadap peralihan demokrasi di dunia Islam seperti di Indonesia, Bangladesh dan Pakistan dan di negara-negara lainnya. Menurut laporan majalah Time Amerika pada tanggal 11/2/2011 menyatakan bahwa pemrintah Amerika sedang menyiapkan sebuah rencana untuk mendukung oposisi Mesir dalam rangka mendukung reformasi konstitusi, pengembangan demokrasi dan penyelenggaraan pemilu di Mesir.
Amerika Serikat memiliki sejarah yang panjang di dalam mendukung gerakan oposisi di banyak negara yang telah mengalami atau sedang menjalani perpindahan politik sebagai salah satu cara diplomasi luar negeri Amerika terhadap negara-negara tersebut. Apakah dukungan Amerika ini akan mempengaruhi Mesir dan sampai sejauh mana?
Dan kalau kita melihat ke masa depan Mesir, maka kita jangan melupakan peran Mesir dari sisi agama dan budaya, setelah mundurmya peran Al-Azhar sebagai rujukan penting keagamaan yang moderat bagi Ahlu Sunnah (Sunni) di dunia selama dekade terakhir ini. Sesungguhnya reformasi yang terjadi di dalam Lembaga Al-Azhar pada waktu sekarang ini, bisa mengembalikan statusnya dalam restrukturisasi kebijakan dan peran Mesir dalam urusan Arab dan Islam supaya bersinergi antara peran politik Mesir luar negeri dengan peran Al-Azhar terhadap isu-isu umat Islam di dunia. Dan inilah harapan bangsa Arab dan umat Islam dari Mesir di abad 21 ini.
Semua akan memantau masa depan pengalaman revolusi dan reformasi Mesir ini yang mungkin menjadi awal perubahan atau gelombang gerakan kebebasan yang kedua di kawasan Arab di awal abad ini, seperti efek dari ide-ide reformasi yang berasal dari Mesir di awal abad yang lalu yang dampaknya menyebar ke Asia dan Afrika dengan gelombang gerakan pembebasan yang pertama dari penjajahan asing. Dan tanda-tanda kemarahan rakyat nampak yang akan berdampk ke seluruh Timur Tengah. Sohaib Jassim/Kepala Perwakilan Aljazeera di Jakarta.