Ketika kita terjebak dalam premis mayoritas maka bisa dipastikan kita akan mudah hanyut menjadi korban agenda propaganda kepentingan tertentu yang bukan berbasis pada kebenaran yang sesungguhnya. Mungkin inilah yang dimaksud dengan fitnah Dajjal.
Kisah Ashabul Kahfi ini memberi wacana bagi kita agar memahami kondisi geopolitik dimana tempat kita hidup, agar kita. mampu bertahan ditengah arus gelombang agenda propaganda yang dapat menyesatkan Aqidah kita. Karena kita hidup di dunia ini kelak akan ada pertanggung jawaban di hari penghisapan amal kita.
Gua Kahfi yang dibangun kembali oleh Salahuddin Al Ayyubi ini dalam surat Al Kahfi erat kaitannya dengan fitnah akhir zaman, oleh karena itulah bagi Umat Islam di sunnahkan membaca 10 ayat pertama atau 10 ayat terakhir dari surah Al Kahfi ini setiap hari Jumat untuk melindungi diri dari fitnah dajjal.
Fitnah Dajjal digambarkan dalam sebuah Hadits dimana kondisi itu kita tak mampu lagi mengenali baik dan buruk karena saking dahsyatnya fitnah yang merebak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
Dari Buraidah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidakkah engkau semua suka saya beritahu perihal Dajjal, yaitu yang belum pernah diberitahukan oleh seorang Nabipun kepada kaumnya. Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya dan sesungguhnya ia datang dengan sesuatu sebagai perumpamaan syurga dan neraka. Maka yang ia katakan bahwa itu adalah syurga, sebenarnya adalah neraka.” (Muttafaq ‘alaih).
Hadits ini mengisyaratkan kepada kita bahwa akan datang waktunya dimana kita tak mampu lagi membedakan mana jalan yang baik yang bisa membawa kita ke surga dan mana jalan buruk yang bisa mengantar kita ke neraka.