Diskursus tentang NeoLib (Neo Liberal) mengemuka menjadi topik paling panas menjelang Pemilihan Umum Presiden (pilpres) yang sudah di depan mata. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan adanya tiga pasangan capres-cawapres yang akan bertarung dalam ritual politik nasional lima tahunan tersebut. Dari ketiga pasangan itu, Kubu Partai Demokrat yang didukung oleh sejumlah parpol yang mengusung SBY-Boediono jelas mempresentasikan Kubu NeoLib di Indonesia.
Walau kubu ini membantahnya, namun Alhamdulillah, Allah telah mengkaruniakan otak dan nurani kepada manusia hingga rakyat Indonesia bisa memilah mana yang dusta dan mana yang jujur. Bantahan lewat mulut maupun iklan politik jelas tidak akan bisa melawan fakta-fakta yang telah terjadi, sampai kapan pun.
Fakta menyodorkan kepada kita jika Pilpres 2009 ini diikuti oleh satu pasang Kubu NeoLib dan dua pasang Kubu Kerakyatan.
Namun patut diakui jika diskursus tentang NeoLib versus Kerakyatan memang sebagian besar masih menjadi konsumsi kalangan menengah ke atas. Sedangkan rakyat di akar rumput yang jumlahnya jauh lebih besar, mayoritas tidak perduli—lebih tepatnya tidak paham—tentang masalah tersebut. Rakyat kebanyakan seperti itu memang sengaja terus diperbodoh oleh penguasa, agar mereka bisa menjadi “barisan bebek” yang mudah digiring ke sana-ke mari tergantung kepentingan elit penguasa, yang kini juga bergerombol di dalam parpol-parpol pendukungnya.
Adalah omong kosong jika penguasa mengklaim berusaha maksimal dalam membuat rakyatnya cerdas dan kritis, karena jika itu terjadi maka rakyat akan berbalik melawan mereka yang hidup bergelimang kenikmatan dan kemewahan duniawi dengan segala fasilitas yang ada yang berasal dari pajak (baca: uang rakyat yang dirampok oleh sistem dan peraturan).
Dan adalah kenyataan pula, bahwa di sebagian kalangan menengah pun, mereka sesungguhnya masih buta atau mungkin salah kaprah terhadap hakikat dari NeoLib ini. Banyak yang mengira NeoLib hanya sebagai kiblat ekonomi an sich, seperti halnya Kapitalisme ala Adam Smith di dalam Wealth of Nations-nya. Padahal bukan sekadar itu. NeoLib merupakan satu gerakan massif yang memang bertumpu pada sektor perekonomian, namun untuk mencapai kepentingannya menggunakan seluruh kekuatan yang ada, seperti mesin politik, mesin militer, mesin sosial-budaya, mesin agama, mesin pendidikan, mesin media massa, dan yang lainnya. Tujuan NeoLib adalah tujuan kaum Masonik, kaum Illuminatus, kaum Luciferian, yang sudah ada sejak iblis turun ke bumi membuntuti Adam dan Hawa.
Sebab itu kita bisa melihat, dan faktanya memang demikian, di dalam Kubu NeoLib ini berkumpul semua yang telah disebutkan tadi. Di pusat kelompok ada mesin ekonomi, politik, dan militer yang direpresentasikan oleh sosok capres-cawapresnya; lalu ada mesin sosial-budaya, agama dan pendidikan yang direpresentasikan oleh Rizal Mallarangeng dengan Fox Indonesia-nya, seorang tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) yang juga pengamat ekonomi; dan juga mesin media massa yang secara lugas direpresentasikan oleh TIME Magazine, sebuah majalah Amerika yang oleh Ichsanudin Noorsy, seorang pengamat ekonomi-politik, disebutkan sebagai salah satu alat kelompok The Round Table dan Bildebergers, dua kelompok illuminatus modern di mana tujuan akhir dari mereka ini adalah menciptakan satu tatanan dunia baru yang sepenuhnya sekular di bawah kepemimpinan The American Empire. Tujuan akhir ini telah ditulis jauh hari dan dicetak dalam lembaran satu dollar AS dan juga lambang negaranya: Novus Ordo Seclorum.
Daftar 100 orang paling berpengaruh dunia dimana SBY menempati urutan ke-9 versi Majalah TIME (ini angka yang akan selalu berulang di sekeliling SBY sejak Partai Demokrat berdiri, sebagian kalangan menganggap angka ini sebagai angka keberuntungan bagi dirinya dan bagi umat Islam jelas hukumnya: Musyrik), yang diterbitkan menjelang Pilpres 2009 sangat naif jika dikatakan sebagai kebetulan belaka. Mahasiswa jurusan politik sangat paham, di dalam politik tidak ada yang namanya kebetulan, semuanya by design.
Dan jangan lupa, TIME LIFE jugalah yang telah mensponsori pertemuan antara kelompok Mafia Berkeley-nya Jenderal Suharto dengan para pengusaha Yahudi Dunia di Swiss bulan November 1967, dimana seluruh kekayaan alam Indonesia digadaikan dengan harga murah kepada asing (silakan lihat film dokumenter John Pilger “The New Rulers of The World” yang antar alain sudah diterjemahkan di YouTube).
Serial tulisan ini berusaha untuk menyodorkan fakta tersembunyi tentang NeoLib, yang sesungguhnya sudah ada akarnya di negeri ini di saat Cornelis de Houtman menjejakkan kakinya di Nusantara, walau namanya mungkin beda. Seperti halnya Ksatria Templar yang setelah ditumpas oleh Paus Clement IV dan Raja Pihilip V di Perancis pada 13 Oktober 1307, bersembunyi di berbagai negara dengan mengganti nama, ada Ksatria Teutonik, Ksatria Malta, Ksatria Kristus, dan Freemasonry sebagainya.
Adalah suatu keniscayaan jika sesungguhnya gerakan Liberal ini—yang berbasiskan ekonomi, politik, budaya, agama, pendidikan, dan sebagainya—merupakan gerakan Luciferian untuk menghancurkan semua agama dunia dan menggantinya dengan Ordo yang Sekular. Mudah-mudahan, ini semua bisa membuka mata hati kita sehingga di dalam Pilpres 2009 nanti kita bisa menentukan pilihan dengan tepat, tidak tertipu lagi oleh elit-elit politik yang sudah dibutakan mata hatinya oleh syahwat kekuasaan. Amien ya Allah. (bersambung/rd)