HAM dalam judul di atas bukanlah kepanjangan dari Hak Azasi Manusia sebagaimana lazim orang menyebut, tetapi diksi HAM di sini merupakan singkatan dari sebuah pakta (pertahanan) tersirat dari beberapa negara yang meliputi Holland (Belanda), America (Amerika Serikat/AS) dan Melbourne (Australia).
Nah, merujuk judul dimaksud, timbul pertanyaan, apa kaitan Belanda dengan kerusuhan massa di Wanena; mengapa ia diduga ada di kelompok HAM? Jawaban singkatnya ialah, justru Belanda merupakan negara Eropa yang memiliki konsesi sejarah cukup lama di sana bahkan ketika Papua belum menjadi bagian Indonesia (NKRI). Lalu, kenapa ada AS di HAM? Ya. Selain memiliki konsesi emas di Freeport, AS merupakan aktor negara dan/atau pihak ketiga dalam ‘sengketa Papua’ antara Indonesia versus Belanda tempo doeloe. Dengan kata lain, tanpa “bantuan” serta tekanan AS terhadap Holland, mungkin sejarah Papua bicara lain tidak seperti yang tertulis hari ini. Lantas, mengapa pula ada Australia di HAM? Tentu. Selain ada lintasan sejarah dengan Papua semasa Perang Dunia (PD) II, Australia itu negara dominian (protektorat) Inggris. Sedang Inggris sendiri merupakan sekutu tradisional AS.
Mapping berikut, bahwa selain jarak antara Papua dengan kelompok HAM yang terdekat adalah Australia, juga di Melbourne ada pangkalan militer AS (dan sekarang ditambah lagi dengan Darwin yang dekat dengan Timor Leste). Retorikanya begini, “Apa urgensi Paman Sam menempatkan militernya di Melbourne?”
Sampai di sini, setidaknya para pembelajar geopolitik sudah dapat merangkai data merajut fakta, kenapa judul tulisan ini begitu menukik. Yah, meski pemahaman atas rajutan fakta serta data di atas baru pada level tataran hilir (tataran kulit – red), namun cukup lumayan sebagai pengantar prolog ini.
Kini membahas di hulu geopolitik (global) secara sekilas. Inti clue dalam (hulu) geopolitik adalah What Lies Beneath The Surface. “Apa yang terkandung di bawah permukaan”. Itu kata kuncinya!
Tidak boleh dipungkiri siapapun, bahwa penguasaan Barat cq AS atas emas di Freeport berjalan sejak Orde Baru lahir. Penguasaan itu tertancap kuat hingga sekarang. Di sini, saya tidak membahas 51% saham Freeport yang konon telah berpindah ke Indonesia atas “support” 11 bank asing. Lain waktu kita bahas.
Pertanyaan selidik muncul, sesungguhnya Papua tersimpan apa sehingga sangat sexy di mata para adidaya global?