Misteri National Laboratory Los Alamos semakin menguat berdasarkan liputan harian Singapura Straits Times, 27 Mei 2006, dalam artikel berjudul Scientist split over sharing of H5N1 data. Berdasarkan liputan itu, ternyata tidak semua ilmuwan di dunia bisa mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan di WHO Collaborating Center (WHO CC). Dengan demikian data sequencing DNA H5NI tersebut hanya dikuasai 4 dari 15 grup peneliti di National Laboratory Los Alamos.
Yang lebih misterius dan mengkhwatirkan lagi, Laboratorium Los Alamos itu berada di bawah Kementerian Energi, AS. Dan melalui laboratorium inilah pada Perang Dunia II dulu dirancang Bom Atom untuk mengebom Hiroshima pada 1945.
Maka itu kiranya masuk akal jika mantan menteri kesehatan Supari maupun beberapa kalangan ilmuwan punya dugaan kuat bahwa laboratorium Los Alamos tersebut merupakan tempat dan pembuatan senjata kimia.
Maka ketika laboratorium Fort Detrick ditutup pada Agustus 2019, muncul kecurigaan publik atas apa alasan sesungguhnya di balik penutupan Fort Detrick. Sebab ketika pemerintah AS menutup National Laboratory Los Alamos beberapa tahun sebelumnya, juga tanpa alasan dan keterangan yang jelas.
Apalagi ketika National Laboratory Los Alamos ditutup, kemudian hampir semua pegawati dan peneliti Los Alamos ditampung di Bio Health Security (BHS) yang berada di bawah kendali Pentagon. Dari konstruksi fakta tersebut, nampak jelas nampaknya keberadaan dan peran Laboratorium bertujuan ganda ala NAMRU-2 AS masih tetap berlangsung, meskipun dengan nama lain.
Nah dalam kasus penutupan Fort Ditrick juga sama. Pemerintah AS hanya mengatakan bahwa keputusan itu dibuat karena masalah keamanan setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendapati organisasi tersebut gagal menerapkan sistem yang cukup mampu mendekontaminasi air limbah dan tidak memiliki “pelatihan sertifikasi ulang berkala untuk pekerja di laboratorium biokontainment.” Namun pihak CDC berdalih tidak dapat memberikan detail yang lebih spesifik karena berlindung di balik frase kalimat “alasan keamanan nasional.”
Jika menelisik kesejarahannya sejak laboratorium Fort Detrick dibuka pada 1943, nampak jelas bahwa laboratorium yang dibuka atas perintah Komando Medis Angkatan Darat AS itu, serupa dengan Laboratorium NAMRU-2 AS yang pernah beroperasi di Indonesia antara 1974-2008.
Adapun misi dari program ini adalah mengembangkan mekanisme pertahanan terhadap serangan biologis dan mempersiapkan serangan balasan dari jenis yang sama. Setelah berakhirnya Perang Dunia II pada 1945, laboratorium-laboratorium di pangkalan Fort Detrick mulai meneliti banyak patogen (bahan yang menimbulkan penyakit). Nah di sinilah, pola laboratorium bertujuan ganda ala NAMRU-2 AS mulai diterapkan.